ESSAY SYAHRISA UMAMI

Pengarang : Syahrisa Umami 

Nim : 21381042050

Prodi : Manajemen Pendidikan Islam 

Kelas : B


ESSAY 1

PENTINGNYA PENDIDIKAN BAGI PEREMPUAN 

Pendidikan adalah suatu proses dimana seorang mendapatkan pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan atau keterampilan (skills developments) sikap atau mengubah sikap (attitude change).

Pendidikan merupakan investasi yang baik bagi generasi yang akan datang. Pendidikan menjadi hal yang utama saat ini, bukan hanya saja untuk menambah wawasan tetapi juga untuk menaikkan taraf hidup. Melalui pendidikan, wawasan masyarakat akan semakin maju. Hal ini tentu akan memberikan dampak baik bukan hanya bagi individu masyarakat itu sendiri melainkan juga bagi negara.

Maju mundurnya suatu masyarakat, bangsa, dan negara itu juga ditentukan dengan maju mundurnya pendidikan yang dilaksanakan. “Pendidikan adalah senjata paling efektif yang bisa kamu gunakan untuk mengubah dunia.” - Nelson Mandela.

Itulah sedikit kutipan qoute dari Nelson Mandela tersebut. Dapat kita definisikan secara jelas, pendidikan adalah senjata atau hal yang sangat diutamakan untuk mengubah dunia. Mengubah dunia dalam hal apa? Tentu saja banyak. Pendidikan dapat memainkan peran penting dalam membangun sistem peradilan yang berfungsi dengan baik, Pendidikan meningkatkan hasil pembangunan sosial, Pendidikan dapat mendukung inklusi sosial, Pendidikan dan pembelajaran seumur hidup berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang, Pendidikan dapat membantu mengubah pertanian dan Pendidikan memperbaiki hasil yang diberikan pasar tenaga kerja. 

Banyak orang yang berasumsi bahwasanya, pendidikan tinggi-tinggi itu tidak penting. Dalam pendidikan tinggi untuk kaum perempuan masih mengalami timpang tindih. Faktor-faktor yang menghambat pendidikan tinggi bagi seorang perempuan adalah sosial budaya, keadaan ekonomi faktor psikologi dan juga faktor lingkungan.

Seolah-olah perempuan hanya diperbolehkan mengurus domestik (di dalam rumah tangga) saja. Untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi? Toh nanti juga kerjanya Cuma dirumah, kodrat perempuan itu di dapur, Toh nanti juga jadi istri orang, jadi ibu rumah tangga dan ngurusin anak, buang-buang biaya dan ngabisin waktu aja. Hal-hal seperti ini kebanyakan diucapkan oleh orang tua-orang tua, bahkan kerabat di sekitar kita. yang masih berpedoman seperti kehidupan pada jaman dahulu, padahal setiap perempuan berhak untuk memperoleh pendidikan tinggi tanpa memandang gender. 

Dan juga yang menjadi permasalahan bahwa wanita tidak perlu mengejar pendidikan yang tinggi karena adanya fenomena wanita yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi kebanyakan akan terlambat menikah, hal itu semakin memperkuat alasan wanita tidak perlu berpendidikan tinggi. 

Berbagai persepsi masyarakat seperti itu hanya akan menurunkan kualitas negara kita, pada kenyataannya pendidikan di indonesia sekarang ini masih menunjukkan kualitas rendah dan tidak merata. Oleh sebab itu haruslah ada kesadaran dari masyarakat dalam memandang pendidikan tinggi untuk seorang perempuan.

Apa salahnya seorang perempuan mengejar gelar Doktor sampai harus meninggalkan kampung halamannya, juga negaranya? Tidak ada yang salah, pendidikan bagaimanapun bermula dari keluarga, dan disitu peran perempuan sebagai ibu sangatlah signifikan. Perempuan adalah ibu bagi anak-anak kita, justru seorang anak yang cerdas terlahir dari rahim ibu yang cerdas pula karena 90% kecerdasan anak itu tergantung ibunya.

Menurut saya, ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Ibu dengan kualitas pendidikan yang tinggi akan mengurus akan anak dengan cara yang berkualitas juga. Mendidik anak pun merupakan pekerjaan yang mulia, bukan pekerjaan yang hina. 

Mendidik anak dengan baik itu sama artinya menyiapkan generasi masa depan yang berkulitas. Meskipun urusan mendidik anak itu bukanlah urusan sang istri saja dan juga bagian dari tangggung jawab suami, namun setidaknya ketika anak masih kecil, durasi waktu yang digunakan oleh anak biasanya lebih banyak dihabiskan bersama ibu daripada ayahnya. maka pendidikan perempuan tidak hanya sekadar perlu, tetapi sangat penting mendapatkan perhatian. 

Pendidikan tinggi itu sangatlah penting bagi seorang perempuan mengapa demikian? agar mereka bisa bersaing dengan dengan jaman yang semakin hari semakin modern, menjadi orang berhasil, berilmu, berwawasan luas dan ternama dalam masyarakat yang akan menjadi kebanggaan.

Ada alasan dan pertimbangan orangtua memberikan kesempatan pendidikan tinggi bagi anak perempuannya yaitu keinginan untuk merubah nasib, dan kesadaran orangtua yang berpandangan bahwa pendidikan tinggi itu penting bagi anak laki-laki maupun perempuan tanpa harus ada pembedaan.

Ada kebebasan bagi perempuan untuk belajar dari mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, sesuai minat masing-masing individu perempuan. Pada dasarnya ruh pendidikan islam adalah “Kebebasan dan Demokrasi” yang tidak memandang jenis kelamin. Dengan asumsi bahwa setiap manusia (perempuan / laki-laki) mempunyai potensi yang harus diasah melalui pendidikan agar bermanfaat untuk membangun dunianya. Dalam mempertegas eksistensi dan peran perempuan.

Ingatlah! seorang tokoh Raden Ajeng Kartini ia adalah seorang tokoh feminis pertama indonesia yang dikukuhkan sebagai pahlawan nasional dengan sebutan pelopor emansipasi wanita, Tokoh yang mampu mendobrak perempuan dari pengekangan hukum yang membatasi perempuan untuk terus berkembang dan maju dan hari lahirnya diperingati oleh seluruh rakyat indonesia. Kartini seorang pejuang kemerdekaan perempuan Perjuangan kartini yang paling keras adalah pendidikan, karena kartini yakin hanya pendidikan alat satu-satunya untuk mengangkat derajat perempuan dan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya peran perempuan dalam membangun peradaban.

Pemikiran kartini tentang pendidikan merupakan reaksi kritis atas setiap permasalahan yang dihadapinya berdasar pengalaman-pengalaman edukatif yang diperoleh sehingga melahirkan konsep praktis tentang pendidikan perempuan. Perjuangan kartini bukan hanya sebatas ide, karena Kartini berani melangkah, membuka sekolah perempuan meski bertentangan dengan adat. 

Akibat pada perkembangan selanjutnya, perjuangan Kartini menjadi stimulan pengembangan pendidikan islam yang mengalami perkembangan sangat cepat dengan tumbuhnya sekolah-sekolah perempuan (pesantren) dan kemajuan pemikiran-pemikiran islam dengan tumbuhnya berbagai organisasi keagamaan setelah wafatnya kartini.

Di zaman milenial seperti sekarang ini banyak sekali contoh yang dapat kita lihat dan menjadi bukti bahwa perempuan-perempuan di indonesia layak mengenyam pendidikan yang tinggi. Sebut saja:

 -Maudy Ayunda yang mengenyam pendidikan S2 di dua kampus terbaik dunia yakni Harvard dan Stanford. Maudy Ayunda sendiri berhasil pendidikan S1 di Oxford university dengan mendapatkan predikat cumlaude saat lulus, dia juga menjadi satu-satunya orang di indonesia yang berhasil lulus di jurusan Politics, Philosophy dan Economics (PPE). 

 -Tasya Kamila berhasil kuliah S2 dengan program beasiswa di Columbia University, Amerika serikat. Hebatnya, mantan penyanyi cilik ini meraih gelar Master of public Administration dengan predikat cumlaude.

-Cinta Laura, sama dengan Tasya Kamila, Cinta Laura juga berkuliah di Columbia University, Cinta Laura lulus dari dua jurusan sekaligus yakni Psikologi dan Sastra jerman. Tidak hanya itu Cinta bahkan lulus dalam kurun waktu tiga tahun dengan IPK 3,9 atau Cumlaude.

 -Gita Gutawa S1 dan S2 beasiswa bahkan dia berhasil meraih gelar cumlaude saat lulus S1 dan Birmingham University, Inggris pada 2015.

 –Dian Sastrowardoyo ia mendapatkan gelar Magister di Universitas Indonesia dan meraih predikat Cumlaude. Inilah pembuktian dari mereka, bahwa perempuan pun dapat memiliki gelar setinggi langit.

Lalu adakah hal yang dapat diperoleh jika menjadi perempuan yang berpendidikan tinggi dan mempunyai gelar? Tentu saja ada banyak sekali, sisi positif yang bisa di peroleh jika kamu adalah seorang perempuan yang berpendidikan tinggi.

Bisa lebih kuat memperjuangkan hak yang sama seperti laki-laki di dalam dunia kerja.

Gak diremehkan orang.

Lebih berpikiran terbuka / Open Minded pada hal-hal tertentu dalam hidup.

Berwawasan yang luas sehingga tidak mudah untuk dibodohi dan tidak asal nurut saja kepada orang lain.

Membuatmu jadi lebih siap dalam mendidik anak ketika menikah nanti.

Pendidikan yang tinggi juga merupakan salah satu jalur untuk perempuan menyelamatkan diri. Salah satunya sebagai pencegah dari menikah pada usia terlalu muda. Dengan pendidikan, perempuan diharapkan memiliki kesadaran akan masa depan dirinya. Perempuan yang memiliki pendidikan yang tinggi kehidupannya cenderung tidak akan terlalu bergantung pada laki-laki. Apalagi di era zaman sekarang ini perempuan dituntut untuk lebih mandiri dalam menjalankan segala aktivitasnya.

Perempuan yang berpendidikan tinggi jelas memiliki perspektif yang berbeda ketika berumah tangga, hal ini juga berlaku pada pria. Pembelajaran di pendidikan tinggi jika dilakukan dengan sungguh untuk mendapatkan ilmu, bukan hanya mengejar gelar semata, namun juga dapat menurunkan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dan perlu diketahui bahwa Belajar itu bukan hanya soal menambah ilmu, tapi juga membentuk pola pikir. Jadi, jika seseorang beranggapan sekolah tinggi nanti tidak akan berguna, itu salah besar.

Bahkan ketika perempuan telah menempuh jenjang pendidikan yang tinggipun tetap di nilai lebih baik kalau berkonsentrasi pada keluarga atau kerja yang bersifat domestik (di dalam rumah tangga) dibandingkan memanfaatkan keahlian dari hasil pendidikan tingginya.

Akan tetapi, Pandangan feminisme pada zaman dulu hingga sekarangpun sepertinya perlahan mulai berubah. Tetapi memang tidak banyak orang yang menyetujui seorang perempuan menjadi “Wanita Karier” karena menurut mereka wanita yang berkarier kebanyakan gila bekerja. Hal ini memang masih menjadi pro dan kontra di kalangan laki-laki dan perempuan. Banyak laki laki yang berpikiran, hanya laki laki yang pantas mengenyam pendidikan tinggi dan bekerja. Tidak sedikit perempuan yang memiliki cita-cita tinggi dengan menyelesaikan pendidikannya dan sadar bahwa menuntut ilmu merupakan sebuah kewajiban.

Pada kenyataannya dukungan dari berbagai instansi pemerintah maupun lembaga organisasi yang memadai sangat mempunyai peranan penting dan sangat mempengaruhi dalam meningkatkan kesadaran gender dan feminisme dalam lingkup laki-laki. 

Sehingga gerakan laki-laki yang sadar gender (laki-laki feminis) dapat lebih luas dan tidak hanya tersebar di ranah akademis saja.

Tetapi, akankah lebih baik jikalau laki-laki dan perempuan menikah, mereka sama-sama bekerja? Mengapa bekerja? Tentu saja karena pendidikan mereka sama-sama tinggi. Dampak positif dan negatif pun seharusnya sudah mereka ketahui. Apa dampaknya jika seorang perempuan menyamakan derajatnya dengan laki-laki, dengan mengenyam pendidikan yang sama?

Seperti yang kita tahu, kebanyakan wanita yang berpendidikan tinggi, juga ingin bekerja yang giat. Karena itu anak mereka kemungkinan dititipkan kepada sang nenek atau baby sitter. Hal – hal seperti ini memang tak dapat terelakkan, tetapi jangan sampai menyurutkan semangat kita, seorang perempuan, untuk mengenyam pendidikan. SETINGGI-TINGGINYA, SEJAUH DAN SELUAS APAPUN.

Jadi kesimpulannya sangat nyata dengan jelas bukan, makna pentingnya pendidikan, karena apabila pendidikan kita rendah sudah dapat dipastikan akan mengalami kesusahan dalam banyak hal salah satunya dalam hal pekerjaan. Pasti akan ada perbedaan antar yang hanya lulusan sekolah dasar dan perguruan tinggi, walaupun ijazah bukan sebagai jaminan akan kesuksesan seseorang. Perlu disadari bahwa pendidikan sangat dibutuhkan bagi setiap perempuan karena akan memberikan banyak manfaat yang jauh lebih berharga dari sekadar formalitas saja.



DAFTAR PUSTAKA


Nabila Silvia Faiqotus AL-HIKMAH ( Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam ) 2 (2), 136-148, 2020

Bhakti Gama Swasti Indira, dan Tri Agus Gunawan Literasi Hukum 5 (2), 88-97, 2021

Prastiwi Rara Lady, dan Dida Rahmadanik Jurnal Komunikasi dan Kajian Media 4 (1), 2022

Siregar Sawaluddin Jurnal Kajian Gender dan Anak 2 (2), 171-190, 2018

Ainiyah Qurrotul Halaqa: Islamic Education Journal 1 (2), 97-109, 2017 

Ima Deivana, Nanda Restu, dan Syaifulloh Yusuf At-Thullab Jurnal Mahasiswa Studi Islam 2 (1), 343-354, 2020

Incing Veronika, Willy Tri Hardiyanto, dan Sugeng Rusmiwari JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2 (1), 2015

Muthoifin Muthoifin, Mohammad Ali, dan Nur Wachidah Profetika: Jurnal Studi Islam 18 (1), 36-47, 2017

Shafana, Aura. 2022. PENTINGNYA PENDIDIKAN BAGI SEORANG PEREMPUAN https://retizen.republika.co.id/posts/25575/pentingnya-pendidikan-bagi-seorang-perempuan Di akses pada tanggal 21 maret 2022

Zulfikar, Fahri 2022. 11 Artis Berprestasi yang Lulus Kuliah dengan Predikat Cumlaude, Bisa Tebak? https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5887921/11-artis-berprestasi-yang-lulus-kuliah-dengan-predikat-cumlaude-bisa-tebak/amp Di akses pada tanggal 20 maret

 2022


ESSAY 2

PENDIDIKAN SEBAGAI ALAT PERUBAHAN 


Pendidikan adalah sebuah proses yang dialami manusia untuk mempelajari lingkungan sekitar agar mencapai manusia yang seutuhnya. Konsep sederhananya pendidikan yaitu suatu proses tidak tahu atau belum tahu menjadi tahu dan paham. Filsafat timur (India) oleh J. Krishnamurti, 1979 dalam bukunya Agus Salim (2008) mengartikan bahwa pendidikan adalah perubahan batin untuk membentuk kebudayaan baru; menurut Krishnamurti pendidikan memiliki arti yang sangat penting dalam menyampaikan apa yang pokok untuk perubahan batin manusia dan membentuk budaya baru. 

Perubahan yang fundamental itu terjadi apabila si anak, sementara dilatih dalam berbagai keterampilan dan ilmu pengetahuan, juga diberi kemampuan untuk menyadari proses-proses pikiran, perasaan, dan tindakannya sendiri. Kewaspadaan ini membuat si anak kritis terhadap diri sendiri dan cermat pengamatannya dan dengan demikian membentuk keutuhan penglihatan, perbedaan, dan tindakan yang sangat penting untuk pendewasaan di dalam dirinya bagi suatu hubungan yang benar terhadap sesama manusia, terhadap alam, dan terhadap alat-alat yang diciptakan manusia. 

Saat ini semua lapisan masyarakat bisa mengenyam pendidikan bahkan menjadi salah satu kebutuhan utama selain pangan, sandang, papan dan kesehatan. Pendidikan menduduki jajaran kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Pendidikan menduduki jajaran kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Padahal di jaman dahulu tidak sembarang orang mengenyam pendidikan, hanya golongan bangsawan yang terdiri dari kaum pria saja seperti yang diungkapkan oleh misnatun dalam pendidikan posmodernisme (2014: 185) bahwa politik etis belum memberikan dampak signifikan kepada rakyat pribumi dalam bidang ekonomi.

Akan tetapi dalam bidang pengajaran dan pendidikan telah sedikit memberikan peluang kepada rakyat pribumi meskipun hanya terbatas pada golongan tertentu. Disamping itu ruang pendidikan kebanyakan hanya diisi oleh kaum laki-laki. Seiring berjalannya waktu dan dengan banyaknya pejuang-pejuang untuk pendidikan akhirnya sampai pada saat ini pendidikan bebas untuk semua kalangan bahkan terbuka lebar untuk kaum perempuan juga. Secara ideal seharusnya setiap individu layak dan berhak mendapatkan pendidikan tanpa kecuali karena pendidikan memiliki hakikat nilai yang tinggi. Pendidikan untuk anak harus kita lakukan, proses ini bertujuan untuk membimbing anak ke arah kedewasaan supaya anak dapat memperoleh keseimbangan antara perasaan dan akal budaya serta dapat mewujudkan keseimbangan dalam perbuatannya kelak. (Marijan ,2012:17).

Pendidikan dalam ensiklopedia Indonesia (1990) meliputi tiga tingkatan ditinjau dari kematangan proses pelaksanaannya: (a). Pressure; yaitu pendidikan yang berbasis kepada pemaksaan, hal ini dilakukan kepada anak-anak di bawah umur untuk membentuk basis “kepatuhan dan penanaman etika untuk membedakan baik dan buruk, (b) pelatihan dan penyadaran: yaitu usaha untuk mmbentuk kebiasaan (habit) dilakukan dengan penuh kesadaran untuk menuju kematangan jiwa, (c) education untuk membentuk kata hati. Anak-anak diajarkan untuk menemukan kata hati dan di didik supaya dapat berbuat sesuai dengan kesanggupan diri, menentukan kelakuannya sendiri atas tanggung jawab sendiri pula (Agus Salim, 2008).

Pendidikan terjadi dalam 3 lingkup yakni pendidikan keluarga yang dikenal dengan informal, pendidikan sekolah yaitu pendidikan formal dan pendidikan dalam masyarakat yaitu pendidikan nonformal. pendidikan dalam keluarga berlangsung sepanjang hayat dan bukan waktu yang singkat dikarenakan pendidikan dalam keluarga menurut Driyarkara, 2006: 413 dalam Agus Salim, 2008 akan menghasilkan pendidikan dalam bentuk primer yaitu memiliki perwujudan yang fundamental dan termuat dalam kesatuan hidup tritunggal bapak-ibu-anak hubungan tigaan atau triad sebenarnya tidak hanya di sekolah namun pendidikan terjadi dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

Selama ini pendidikan di sekolah paling populer bahkan masyarakat sampai menyerahkan urusan pendidikan anaknya sepenuhnya pada lembaga sekolah. Padahal pendidikan informal dikeluarga jauh lebih penting daripada lembaga pendidikan lainnya, juga daripada pendidikan nonformal masyarakat. Sebenarnya Ketiga komponen tersebut harus saling berkaitan dan ada keseimbangan sehingga akan mampu membentuk insan cendekia yang bermartabat. Keluarga adalah tempat yang di prioritaskan untuk bersosialisasi setiap individu, dia akan belajar banyak hal ditempat itu, belajar dari hal yang sederhana hingga kompleks.

Keluarga sebagai pondasi pembentukan karakter anak sebelum dia akan terjun ke dalam pendidikan formal juga nonformal. Bahkan belajar dalam keluarga tidak ada batasan waktunya. Baik keluarga, sekolah maupun masyarakat semuanya mewariskan nilai-nilai budaya dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. 

Nilai-nilai positif yang wajib dipertahankan bahkan dikembangkan. Ketika salah satu komponen tidak maksimal maka tujuan dari pendidikan dalam pembentukan karakter individu tidak akan terwujud. Pertanyaan yang terkadang sering muncul adalah pentingkah pendidikan bagi kita? Tentu saja jawabannya adalah penting. Pendidikan mampu memberikan perubahan pada karakter seseorang bahkan dengan pendidikan akan mampu meningkatkan kesejahteraan baik secara ekonomi maupun sosial. Adapun tujuan pendidikan menurut K.H. Hasyim asy’ari (Mukhrizal Arif,dkk,2014) antara lain adalah :

 1. Menjadi insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

 2. Insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dua tujuan tersebut membutuhkan proses pendidikan yang baik, moralitas menjadi aspek yang sangat dipertimbangkan sebagai tujuan pendidikan yang tentunya tidak lupa akan nilai-nilai dari generasi terdahulu hingga saat ini.

Adanya proses belajar individu tentang nilai lingkungan disekitarnya itu adalah sebuah usaha yang memang tepat dilakukan melalui pendidikan. Tidak dipungkiri dengan belajar akan meningkatkan kualitas diri seseorang sehingga dia akan mampu beradaptasi dengan keadaan sekitarnya. Ketika kualitas diri seseorang menjadi tolak ukur dalam penyediaan SDM yang handal maka disinilah peran pendidikan sangat berarti. Suatu bangsa dengan pendidikan juga akan menjadi lebih bermartabat sehingga tujuan pendidikan sangat luas dan selalu berakhir pada kesejahteraan juga kebahagiaan sesuai dengan tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 bahwa salah satu tujuan bangsa adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka dari itu semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan tujuan nasional bangsa Indonesia selain itu yang relevan adalah meningkatkan kesejahteraan umum. 

Pendidikan dan kesejahteraan sangat dekat sebagai contoh salah satunya adalah idealnya semakin tinggi pendidikan formal maka akan semakin meningkat kesejahteraannya. Melihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang didapatkan akan semakin terlatih dan ahli dibidangnya. Ketika sudah memiliki kualitas yang baik maka dengan mudah secara ekonomi akan mengikuti begitu juga status sosial yang dimiliki. 

Kartini juga menyampaikan bahwa pendidikan keterampilan sangat penting diberikan khususnya bagi perempuan seperti menjahit, membatik, dan ketrampilan lainnya kepada gadis pribumi.dengan pendidikan ketrampilan, perempuan pribumi dapat mengembangkan dan menjadikannya sebagai sumber penghidupan agar mereka dapat hidup mandiri tidak bergantung kepada siapapun (Mukhrizal Arif, 2014). Apalagi sekarang pemerintah merencanakan akan mencanangkan adanya wajib belajar 12 tahun yaitu sampai pada jenjang SMA. Hal tersebut disesuaikan dengan tuntutan perkembangan jaman sehingga outcome yang dihasilkan menjadi berkualitas tinggi. Akan tetapi untuk menerapkan perencanaan tersebut dibutuhkan persiapan solusi dari berbagai hal yang menjadi kendala dalam pendidikan. 

Pendidikan di Indonesia sudah menjadi hak bahkan sebuah kebutuhan primer selain sandang, pangan, dan papan ditambah dengan kesehatan sehingga setiap warga negara harus sudah memfokuskan pendidikan dalam kehidupan mereka. Pemerintah saat ini sudah memberikan perhatian yang besar dalam pendidikan karena melalui pendidikan juga mengajarkan kebudayan dan nilai-nilai. Tujuan mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas tinggi guna mengikuti perkembangan jaman sehingga dapat memajukan bangsa dan negara menjadi tugas pokok pendidikan. Ketika itu sudah digaungkan oleh pemerintah dalam hal pendidikan maka akan terlihat permasalahan yang mampu menjadi kendalanya baik itu dari segi pembiayaan, fasilitas, tenaga kependidikannya ataupun program-program yang membutuhkan penyesuaian dengan lingkungan sosial masyarakat. Pemerintah selalu berusaha untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan yang ada misalnya tentang pembiayaan pendidikan dengan adanya berbagai jenis beasiswa dalam setiap jenjang pendidikan. Berbagai upaya kebijakan pemerintah dalam pendidikan yang perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak tidak hanya pihak sekolah sebagai pendidikan formal namun keluarga dan masyarakat yang juga turut andil dalam membentuk generasi penerus bangsa. Ketiga pilar tersebut akan bekerja sinergi bersama untuk menolong anak menuju tahap dewasa yang lebih baik.


Pendidikan membutuhkan orang-orang dewasa untuk membantu individu dalam mempelajari aspek-aspek sekitar kita. Pendidikan yang baik adalah ketika sebuah pendidikan mampu merubah perilaku peserta didik menuju ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan nilai-nilai sehingga individu tersebut akan mampu berdiri sendiri. 

Pencapaian tujuan tersebut dibutuhkan banyak komponen yang saling mendukung dan bekerja sinergi. Apabila ada salah satu yang kurang berfungsi dengan baik maka tujuan dan cita-cita pendidikan akan sulit untuk dicapai. Kebebasan tanpa intervensi dari kepentingan-kepentingan tertentu akan membuat lebih baik lagi. Pendidikan itu sendiri pun adalah suatu gagasan, di dalamnya bakat, tekad, ketersediaan, dan faktor “kebetulan” terpaksa disisihkan meski bukan dianggap tidak ada. gagasan kata orang tidak akan mekar kalau digembok dalam kandang, gagasan hanya bisa tumbuh dewasa bila dilepas keluyuran seperti ayam kampung, diberi ruang supaya segala segala macam zat bebas bertandang, diizinkan berbenturan, bertabrakan, mati alami atau musnah kecelakaan. (Paulo Freire, Ivan Illich, Erich Fromm dkk, 2006). 

Prakteknya cukup sulit untuk memisahkan pendidikan dari kepentingan tertentu bahkan pembebasan pendidikan seperti yang diungkapkan oleh tokoh paulo freire, ivan illich dan erich fromm dkk, untuk itu menjadi tugas negara yang salah satunya mempunyai tujuan nasional yaitu ikut mencerdaskan kehidupan bangsa yang kemudian diturunkan pada kebijakan-kebijakan terbaiknya. 

Begitu juga yang disampaikan oleh Akhmad Muhaimin Azzet (www.kompasiana.com) ada pandangan yang meyakini bahwa pendidikan adalah wahana untuk memproduksi kesadaran para peserta didik agar bisa terbebas dari berbagai macam belenggu, termasuk belenggu kekuasaan dan politik tertentu. Kalangan yang memandang pendidikan sebagai hal yang positif dan mempunyai harapan hidup yang lebih baik ini yakin dengan pendidikan justru bisa menumbuhkan kesadaran kritis para peserta didik. Pada dasarnya pendidikan adalah memanusiakan manusia untuk itu dibutuhkan berbagai komponen dalam mencapai tujuan pendidikan yang seutuhnya karena pendidikan adalah sebuah sistem yang saling berkaitan. Pendidikan menjadi wadah untuk individu mengalami sebuah proses pendewasaan diri dan pembentukan pribadi yang baik. istilah baik sangat singkat hanya empat huruf akan tetapi hal tersebut membutuhkan perjuangan mendapatkan nilainya. 

Komponen pendidikan cukup banyak dan salah satunya adalah peserta didik dengan aktivitasnya yaitu belajar. Anak sebagai individu memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri yang memerlukan perlakuan berbeda dari orang dewasa. Perlakuan berbeda yakni perlakuan yang sesuai dengan kapasitas dan potensi begitu juga saat belajar memiliki cara masing-masing. Pendidikan menjadikan manusia belajar akan lingkungan sekitarnya yang membuatnya harus mampu menyesuaikan diri. Alsa (2005) berpendapat bahwa belajar adalah tahapan perubahan perilaku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan (M.Nur Ghufron&Rini Risnawita,S,2014). Belajar telah dilakukan semenjak individu dalam kandungan meskipun ada yang mengatakan bahwa individu terlahir seperti kertas putih dan lingkunganlah yang akan mengisinya. Adapun aktivitas belajar siswa memiliki jenisnya (Rusman,dkk,2013) diantaranya :

1. Belajar arti kata

2. Belajar kognitif

3. Belajar menghafal 

4. Belajar teoritis

5. Belajar konsep

6. Belajar kaidah

7. Belajar berpikir

8. Belajar ketrampilan motorik, dan 

9. Belajar estetis

Jadi kesimpulannya, pentingkah pendidikan bagi kita? Tentu saja penting. Karena pendidikan mampu memberikan perubahan pada karakter seseorang bahkan dengan pendidikan akan mampu meningkatkan kesejahteraan baik secara ekonomi maupun sosial. 



DAFTAR PUSTAKA


 Agus Salim.2008. Pengantar Sosiologi Mikro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 Marijan. 2012. Metode Pendidikan Anak. Yogyakarta: Sabda Media.

 Mukrizal,dkk. 2014. Pendidikan Posmodernisme.Yogyakarta : Arruz Media.

 Paulo Freire, Ivan Illich, Erich Fromm dkk. 2006. Menggugat Pendidikan.

                      Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusman.dkk. 2013. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. 

                            Jakarta : PT rajaGrafindo Persada. 

www.kompasiana.com diakses tanggal 15 September 2016 pukul 13.00 WIB.


ESSAY 3

PENDIDIKAN MENJADI TOLAK UKUR KEMAJUAN SUATU NEGARA

Pendidikan merupakan salah satu yang harus dimiliki setiap orang. Untuk mencapai kesejahteraan rakyatnya sebuah negara harus memenuhi haknya, salah satu hak yang harus dipenuhi adalah hak atas pendidikan. Ketika pendidikannya baik, maka akan menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi. Pengaturan hak atas pendidikan diatur dalam pasal 31 undang-undang Dasar 1945 ayat (1) ditegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan.

Pendidikan merupakan bidang dari sekian banyak bidang yang begitu menentukan dalam tolak ukur majunya sebuah Negara. Indonesia ialah salah satunya yang memiliki banyak sekali macam agama, bahasa, ras, suku, adat dan lain-lain. Keanekaragaman seperti inilah yang menjadikannya sebagai Negara yang plural. lewat jalur pendidikan, semua perbedaan tadi bisa digabungkan dan disatukan supaya tidak ada yang namanya diskriminasi lalu menyudutkan pihak satu kepada pihak lainnya sehingga pembangunan indonesiapun jadi terhambat. 

Pendidikan menjadi instrumen cukup penting karena seringkali menjadi tolak ukur tingkat kemajuan peradaban sebuah bangsa. Baik dalam level kehidupan individu, keluarga, bermasyarakat, dan bernegara. unsur pendidikan banyak mempengaruhi tingkat keberhasilan seseorang dalam mengembangkan karirnya. Statistik kemajuan sebuah bangsa seringkali diukur melalui tingkat dan kualitas pendidikan yang diraihnya. Bahkan untuk mengukur apakah sebuah negara bisa dikategorisasi sebagai negara maju atau tidak, faktor pendidikan-lah yang menjadi acuan, sehingga sangat penting. Karenanya, faktor pendidikan sering diaggap menjadi entry point untuk mengklafikasikan sebuah negara bisa disebut maju, berkembang atau terbelakang.

Seperti yang kita ketahui bahwa ada beberapa aspek atau tolak ukur dalam menilai kemajuan sebuah negara, salah satunya yaitu tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan disetiap negara ini tentunya berbeda karena sistem yang diterapkan pastinya juga berbeda dan tidak mungkin sama. Nah, perbedaan sistem ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan budaya terutama dalam budaya risiko. 

Bicara tentang budaya risiko, secara teori budaya risiko merupakan istilah yang menggambarkan nilai-nilai keyakinan, pengetahuan dan pemahaman tentang risiko secara bersama oleh sekelompok orang dengan memiliki tujuan yang sama. Hal ini berlaku baik dalam perusahaan swasta, badan usaha milik negara (BUMN) atau perusahaan nirlaba.

Artinya disini adalah bahwa budaya risiko akan mempengaruhi pengambilan keputusan manajemen dengan mempertimbangkan risiko yang akan ditanggung dan manfaat yang akan diperoleh. Budaya risiko ini menjadi hal yang sangat mendasar sekaligus kritikal bagi kesuksesan penerapan manajemen risiko di suatu negara serta memastikan bahwa doing the thing lebih baik atas doing whatever it takes.

Mengapa tingkat pendidikan menjadi tolak ukur kemajuan suatu negara? Karena pendidikan itu merupakan wadah untuk membangun sebuah karakter dan menyiapkan SDM untuk berkarir ketahap selanjutnya. Di masa pandemi seperti ini, semakin banyak tantangan yang harus di hadapi baik oleh mahasiswa ataupun tenaga pengajar itu sendiri. Seperti misalnya pembelajaran jarak jauh, atau yang selama ini kita ketahui dengan sebutan daring.

Pembelajaran jarak jauh dinilai belum efektif dan maksimal apabila diterapkan pada sekolah yang infrastrukturnya belum memadai. Hal ini dikarenakan pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi memerlukan pendekatan yang berbeda dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya. Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, peserta didik membutuhkan perhatian yang lebih ekslusif, terutama dalam sarana dan prasarana yang digunakan, jaringan internet yang memadai, dan motivasi diri agar dapat mengikuti proses pembelajaran yang bersifat independen.

Dalam penerapannya pun antara tenaga pendidik dan mahasiswa masih banyak yang mengalami kesulitan, seperti belum meratanya akses jaringan internet, gawai yang tidak berkena, mahalnya biaya kuota, belum meratanya penguasaan iptek di kalangan mahasiswa atau guru, belum siapnya pelaksanaan proses belajar mengajar menggunakan metode pembelajaran jarak jauh, dan kesulitan orang tua dalam mendampingi anak-anak selama melakukan kegiatan pembelajaran.

Jauh sebelum pandemi mewabah, pendidikan di indonesia pun tak jarang menjadi perhatian publik. Yang paling jelas terlihat adalah tidak meratanya sirkulasi pendidikan di indonesia. Kesenjangan kualitas pendidikan ini dapat kita jumpai pada daerah terpencil yang berada di pinggiran kota. Sangat disesalkan sekali jika peserta didik sudah memiliki semangat dan tekad untuk menimba ilmu namun dibatasi oleh kesenjangan-kesenjangan yang ada, seperti menghabiskan jangka waktu yang lama karena jauhnya jarak tempuh menuju sekolah, kurangnya sarana dan prasarana sehingga harus menyebrangi sungai, ataupun penerapan kurikulum sekolah yang belum sesuai dengan mekanisme dan proses yang distandarkan. 

Bagi masyarakat yang perekonomiannnya berada di kelompok menengah kebawah, hal ini menjadi salah satu kesengsaraan bagi mereka. Kenapa? Karena mereka sadar untuk mendapatkan pendidikan yang layak dibutuhkan uang yang cukup. Ketika uang yang dirasa sebagai instrumen nomor satu untuk “memperoleh pendidikan” tidak mereka miliki, maka hal paling kebanyakan terjadi adalah berhenti/putus dari sekolah, dan bekerja apa adanya. hal semacam ini banyak sekali kita jumpai di sekitar kita. 

Hal yang menakutkan lagi adalah terjadinya pernikahan dini. Hal ini menjadi persoalan yang mencekam karena dari segi umur dan emosional saja sudah jelas mereka belum stabil. Kemudian bayangkan jika hampir sebagian yang berhenti sekolah memutuskan untuk menikah dalam keadaan tidak bekerja atau tidak memiliki pekerjaan dan emosi yang belum stabil. Apa saja dampak yang akan terjadi nantinya? 

Dampaknya sudah jelas yaitu: Akan mudah sekali terjadi kasus penelantaran anak, pengangguran pun secara otomatis semakin meningkat, jika sudah seperti ini maka jumlah kriminalitas pun otomatis akan meningkat jua. Pernikahan dini juga merugikan pihak perempuan karena menikah pada usia dini memiliki potensi risiko kematian lebih tinggi saat melahirkan, dibandingkan dengan wanita yang sudah cukup umur.

Sementara, dampak pernikahan dini juga akan terjadi di masyarakat, diantaranya langgengnya garis kemiskinan. Hal itu terjadi karena pernikahan dini biasanya tidak di imbangi dengan tingginya tingkat pendidikan dan kemampuan secara finansial. 

Hal itu juga akan berpengaruh besar terhadap cara didik orang tua yang belum matang secara usia kepada anak-anaknya. Pada akhirnya, berkesinambungan siklus kemiskinan yang berkelanjutan.

Pendidikan menjadi salah satu tolak ukur tingkatan sumber daya manusia di suatu Negara. Pendidikan mempunyai tugas untuk mempersiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan dalam Negara tersebut. Oleh karena itu pendidikan Indonesia harus mampu meningkatkan kualitasnya agar mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari negara lain, sehingga pembangunan di Indonesia dapat berjalan dengan baik. 

Menurut laporan Indeks Pembangunan Manusia 2015 yang dikeluarkan Badan PBB Urusan Program Pembangunan (UNDP) dijelaskan bahwa indonesia menempati peringkat ke 110 dari 187 negara, dengan nilai indeks 0,684. Keadaan indonesia yang berada pada posisi yang sangat jauh dari Negara lain tersebut juga didukung oleh salah satu redaksi dari Kompasiana. Kompasiana (2015) menyatakan bahwa indonesia mengalami ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Berdasarkan hal tersebut, hasil itu diperoleh setelah membandingkannya dengan negara lain.

Selama ini, banyak pendapat bahwa pendidikan formal di nilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia indonesia. Tidak peduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. 

Pandangan seperti itu juga yang menyebabkan efektifitas pengajaran di indonesia sangat rendah. Sebab, setiap orang mempunyai kelebihan di bidang masing-masing, dan diharapkan dapat mengambil pendidikan sesuai bakat dan minatnya, bukan hanya untuk dianggap hebat orang lain.  

Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Saat ini dunia pendidikan di dukung oleh kemajuan teknologi yang sangat canggih. Dari tahun ke tahun, ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia, indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara yang lain. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information Communication and Technology (ICT) di era globalisasi saat ini sudah menjadi kepentingan yang sangat fundamental dalam mendukung efektivitas dan kualitas proses pendidikan.

Perlu diketahui sebuah negara dikatakan maju bila pendidikan di negara tersebut juga maju. Nah pada saat ini, kesadaran siswa akan kewajibannya untuk belajar semakin hilang. Mereka hanya menginginkan sesuatu yang instan tanpa harus bersusah payah dan berusaha dengan giat.

Perkembangan dunia era globalisasi ini memang banyak mewajibkan perubahan ke sistem pendidikan nasional yang lebih baik, serta membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus dilakukan bangsa indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan akan mengakibatkan sumber daya manusia yang terlahir semakin baik mutunya, dan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.

Mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan juga perlu dilakukan. Sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi. Menyangkut perihal pembiayaan seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada.

Rendahnya prestasi siswa, misalnya diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran bukan dengan meningkatkan jam belajar yang berlebihan. Setiap pelajar memiliki kemampuan yang berbeda dan sudah banyak dipenuhi pembelajaran di luar sekolah, tetapi harus juga meningkatkan alat-alat, sarana dan prasarana pendidikan, dll. 

Rendahnya prestasi siswa juga dapat diatasi dengan cara memberi hadiah yang besar di tiap olimpiade pelajaran. Karena hadiah yang besar ini membuat minat dan gengsi orang untuk ikut serta. Ketika persaingannya tinggi maka orang-orang akan menyiapkan diri mereka sebaik mungkin. Sehingga membuat kemampuan mereka akan semakin terasah, bahkan mungkin mereka bisa menemukan strategi yang belum ada sebelumnya. Dengan demikian pendidikan indonesia tidak akan kalah dari negara lain.

Disini tidak hanya pemerintah yang berusaha memperbaiki masalah-masalah yang ada di dalam pendidikan, tetapi kita juga harus memperbaiki dari diri sendiri terlebih dahulu dan lebih aktif dalam hal pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat digunakan untuk merealisasiakan bakat-bakat yang dibawa manusia sejak lahir (talenta, teori konvergensi), sehingga manusia mempunyai keterampilan dan bakat yang dapat digunakan untuk menghidupi dirinya (profesi). Bila semua masyarakat mempunyai keterampilan yang berguna, dapat diharapkan akan muncul masyarakat yang dinamis, efektif dan produktif. 

Tujuan terakhir dari masyarakat yang seperti itu adalah pencapaian cita-cita bangsa sesuai isi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 ayat 1 yaitu “....memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”. Kesejahteraan individu-individu melalui penghasilan yang diperolehnya, sedang penghasilan dapat dicapai bila manusia memiliki keterampilan dari hasil pendidikannya. 

Sebisa mungkin juga menomorsatukan pendidikan karena pendidikan sangatlah penting, berikut berbagai alasan diantaranya:

Mendapatkan kehidupan yang lebih bahagia dan stabil

Potensi mendapatkan uang

Membuat diri kamu menjadi lebih mandiri 

Mengubah impian menjadi kenyataan 

Mengetahui mana yang benar mana yang salah

Membuat seseorang lebih percaya diri

Kesempatan untuk berkontribusi terhadap masyarakat

Kontribusi terhadap bangsa dan negara


Diatas adalah berbagai alasan utama pentingnya pendidikan, karena jika suatu negara memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, pada akhirnya negara tersebut akan maju dan mampu bersaing dengan negara manapun.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmani, Ghina. 2021. Agar pendidikan Indonesia Bisa Maju https://genbibanten.com/2021/01/14/agar-pendidikan-indonesia-bisa-maju/ Diakses pada tanggal 27 maret 2022

Tasya,Yustisi. 2019. Agar Pendidikan di Indonesia Bisa Lebih Maju https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/12/17/pendidikan-di-indonesia/amp Di akses pada tanggal 27 maret 2022

Basmallah, S, Cahaya. 2021. Tingkat Pendidikan Menjadi Tolak Ukur Kemajuan Suatu Negara https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/cahayasbasmallah/6142207101019059e406cf52/tingkat-pendidikan-menjadi-tolak-ukur-kemajuan-suatu-negara?usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D&amp_js_v=a9&amp_gsa=1#referrer=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fcahayabasmallah%2F6142207101019059e406cf52%2Ftingkat-pendidikan-menjadi-tolak-ukur-kemajuan-suatu-negara Diakses pada tanggal 26 maret 2022

Nawafil Moh Absolute Media, 2018 

Azanella, ayu, luthfia. 2018 Ini Akibat yang Terjadi dari Pernikahan Dini https://amp.kompas.com/lifestyle/read/2018/09/05/095311620/ini-akibat-yang-terjadi-dari-pernikahan-dini Diakses pada tanggal 27 maret 2022 

Yuanita Yesi, 2016. MODEL DISTANCE LEARNING BERBASIS TEKNOLOGI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA KURSUS BAHASA INGGRIS 

ESSAY 4

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID - 19 


Saat ini Corona menjadi pembicaraan yang hangat. Dibelahan bumi manapun, corona masih mendominasi ruang publik. Dalam waktu singkat saja, namanya menjadi trending topik, dibicarakan di sana-sini, dan diberitakan secara masif di media cetak maupun elektronik. Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menyebabkan penyakit menular ke manusia.

Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Walaupun lebih banyak menyerang ke lansia, virus ini sebenarnya bisa juga menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Virus corona ini bisa menyebabkan ganguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular sangat cepat dan telah menyebar hampir ke semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Sehingga WHO pada tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global.

Hal tersebut membuat beberapa negara menetapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.Karena Indonesia sedang melakukan PSBB, maka semua kegiatan yang dilakukan di luar rumah harus dihentikan sampai pandemi ini mereda.

Beberapa pemerintah daerah memutuskan menerapkan kebijakan untuk meliburkan siswa dan mulai menerapkan metode belajar dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online. Kebijakan pemerintah ini mulai efektif diberlakukan di beberapa wilayah provinsi di Indonesia pada hari Senin, 16 Maret 2020 yang juga diikuti oleh wilayah-wilayah provinsi lainnya. Tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi beberapa sekolah di tiap-tiap daerah. Sekolah-sekolah tersebut tidak siap dengan sistem pembelajaran daring, dimana membutuhkan media pembelajaran seperti handphone, laptop, atau komputer.

Pandemi Covid-19 telah mengubah jalan hidup hampir semua populasi di dunia, termasuk pada dunia pendidikan. Corona virus cepat menyebar dengan masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Setiap negara memiliki akhiran yang berbeda terkait wabah corona virus. Hal ini berkaitan dengan kebijakan yang telah ditetapkan serta kesiapsiagaan pemerintah guna meminimalkan penyebarannya. Physical distancing (pembatasan interaksi) merupakan salah satu cara memutus rantai penyebaran covid-19. Adanya pandemi covid-19 membuat pembelajaran tatap muka secara konvensional tidak mungkin dilakukan di berbagai daerah. Hal ini memaksa dilaksanakannya pengajaran jarak jauh yang sebelumnya belum pernah dilaksanakan secara serentak. Sekolah dituntut tetap mampu memberikan layanan standar minimum kepada pemangku kepentingannya di tengah Work From Home (WFH) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pembelajaran daring menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut. Pembelajaran daring merupakan solusi untuk melaksanakan pembelajaran meskipun pendidik dan peserta didik berada pada lokasi yang berbeda. Hal ini mampu menjadi solusi supaya peserta didik tetap dapat mengikuti proses pembelajaran. 

Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).

Hal ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).

Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama, Aplikasi pendukung pembelajaran daring yang bisa didapatkan secara gratis antara lain Whatsapp, Kelas Cerdas, Google classroom, Zenius, Quipper, Zoom dan microsoft. Pembelajaran daring bahkan dapat dilakukan melalui media sosial seperti facebook dan instagram.

Semua sektor merasakan dampak corona. Dunia pendidikan salah satunya. Dilihat dari kejadian sekitar yang sedang terjadi, baik siswa maupun orangtua siswa yang tidak memiliki handphone untuk menunjang kegiatan pembelajaran daring ini merasa kebingungan, sehingga pihak sekolah ikut mencari solusi untuk mengantisipasi hal tersebut. Beberapa siswa yang tidak memiliki handphone melakukan pembelajaran secara berkelompok, sehingga mereka melakukan aktivitas pembelajaran pun bersama. Mulai belajar melalui videocall yang dihubungkan dengan guru yang bersangkutan, diberi pertanyaan satu persatu, hingga mengabsen melalui VoiceNote yang tersedia di WhatsApp. Materi-materinya pun diberikan dalam bentuk video yang berdurasi kurang dari 2 menit.

Permasalahan yang terjadi bukan hanya terdapat pada sistem media pembelajaran akan tetapi ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi siswa dan guru guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap untuk menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.

Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat penting bagi siswa, jam berapa mereka harus belajar dan bagaimana data (kuota) yang mereka miliki, sedangkan orangtua mereka yang berpenghasilan rendah atau dari kalangan menengah kebawah (kurang mampu). Hingga akhirnya hal seperti ini dibebankan kepada orangtua siswa yang ingin anaknya tetap mengikuti pembelajaran daring.

Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan internet. Koneksi jaringan internet menjadi salah satu kendala yang dihadapi siswa yang tempat tinggalnya sulit untuk mengakses internet, apalagi siswa tersebut tempat tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil dan tertinggal. Kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak stabil, karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga menjadi permasalahan yang banyak terjadi pada siswa yang mengikuti pembelajaran daring sehingga kurang optimal pelaksanaannya.

Ramai diberbagai media sosial yang menceritakan pengalaman orangtua siswa selama mendampingi anak-anaknya belajar baik positif maupun negatif. Seperti misalnya ternyata ada orangtua yang sering marah-marah karena mendapatkan anaknya yang sulit diatur sehingga mereka tidak tahan dan menginginkan anak mereka belajar kembali di sekolah.

Kejadian ini memberikan kesadaran kepada orangtua bahwa mendidik anak itu ternyata tidak mudah, diperlukan ilmu dan kesabaran yang sangat besar. Sehingga dengan kejadian ini orangtua harus menyadari dan mengetahui bagaimana cara membimbing anak-anak mereka dalam belajar. Setelah mendapat pengalaman ini diharapkan para orangtua mau belajar bagaimana cara mendidik anak-anak mereka di rumah.

Perlu disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa terhadap pembelajaran daring juga menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring amat mendadak, tanpa persiapan yang matang. Tetapi semua ini harus tetap dilaksanakan agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan siswa aktif mengikuti walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19.

Kegagapan pembelajaran daring memang nampak terlihat di hadapan kita, tidak satu atau dua sekolah saja melainkan menyeluruh dibeberapa daerah di Indonesia. Komponen-komponen yang sangat penting dari proses pembelajaran daring (online) perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Pertama dan terpenting adalah jaringan internet yang stabil, kemudian gawai atau komputer yang mumpuni,aplikasi dengan platform yang user friendly, san sosialisasi daring yang bersifat efisien, efektif, kontinyu, dan integratif kepada seluruh stekholder pendidikan.

Solusi atas permasalahan ini adalah pemerintah harus memberikan kebijakan dengan membuka gratis layanan aplikasi daring bekerjasama dengan provider internet dan aplikasi untuk membantu proses pembelajaran daring ini. Pemerintah juga harus mempersiapkan kurikulum dan silabus permbelajaran berbasis daring. Bagi sekolah-sekolah perlu untuk melakukan bimbingan teknik (bimtek) online proses pelaksanaan daring dan melakukan sosialisasi kepada orangtua dan siswa melalui media cetak dan media sosial tentang tata cara pelaksanaan pembelajaran daring, kaitannya dengan peran dan tugasnya.

Dalam proses pembelajaran daring, penting untuk ditambahkan pesan-pesan edukatif kepada orangtua dan peserta didik, tentang wabah pandemi Covid-19. Dengan demikian kita dapati pembelajaran yang sama dengan tatap muka tetapi berbasis online. Efeknya sangat bagus, programnya tepat sasaran, dan capaian pembelajarannya tercapai.

Ada sebuah pelajaran yang dipetik dari dunia pendidikan di tengah pandemi Covid-19, yakni kegiatan belajar tatap muka dengan guru terbukti lebih efektif ketimbang secara daring (online). Hal tersebut dipaparkan oleh pakar pendidikan Universitas Brawijaya (UB) Aulia Luqman Aziz bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional 2020. “Selamanya profesi guru tidak akan tergantikan oleh teknologi” papar Luqman dalam keterangannya di laman resmi UB, Sabtu (2/5/2020). Menurutnya pembelajaran penuh secara daring, akhir-akhir ini banyak menimbulkan keluhan dari peserta didik maupun orangtua.

Beberapa guru di sekolah mengaku, jika pembelajaran daring ini tidak seefektif kegiatan pembelajaran konvensional (tatap muka langsung), karena beberapa materi harus dijelaskan secara langsung dan lebih lengkap. Selain itu materi yang disampaikan secara daring belum tentu bisa dipahami semua siswa. Berdasarkan pengalaman mengajar secara daring, sistem ini hanya efektif untuk memberi penugasan, dan kemungkinan hasil pengerjaan tugas-tugas ini diberikan ketika siswa akan masuk, sehingga kemungkinan akan menumpuk.

Mengamati pengalaman dari beberapa guru tersebut, maka guru juga harus siap menggunakan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman. Guru harus mampu membuat model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa di sekolahnya. Penggunaan beberapa aplikasi pada pembelajaran daring sangat membantu guru dalam proses pembelajaran ini. Guru harus terbiasa mengajar dengan memanfaatkan media daring kompleks yang harus dikemas dengan efektif, mudah diakses, dan dipahami oleh siswa.

Dengan demikian guru dituntut mampu merancang dan mendesain pembelajaran daring yang ringan dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Walaupun dengan pembelajaran daring akan memberikan kesempatan lebih luas dalam mengeksplorasi materi yang akan diajarkan, namun guru harus mampu memilih dan membatasi sejauh mana cakupan materinya dan aplikasi yang cocok pada materi dan metode belajar yang digunakan.

Hal yang paling sederhana dapat dilakukan oleh guru bisa dengan memanfaatkan WhatsApp Group. Aplikasi WhatsApp cocok digunakan bagi pelajar daring pemula, karena pengoperasiannya sangat simpel dan mudah diakses siswa. Sedangkan bagi pengajar online yang mempunyai semangat yang lebih, bisa menngkatkan kemampuannya dengan menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran daring.

Namun sekali lagi, pilihlah aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan guru dansiswa itu sendiri. Tidak semua aplikasi pembelajaran daring bisa dipakai begitu saja. Namun harus dipertimbangkan sesuai kebutuhan guru dan siswa, kesesuaian terhadap materi, keterbatasan infrastrukur perangkat seperti jaringan. Sangat tidak efektif jika guru mengajar dengan menggunakan aplikasi zoom metting namun jaringan atau signal di wilayah siswa tersebut tinggal tidaklah bagus.

Keberhasilan guru dalam melakukan pembelajaran daring pada situasi pandemi Covid-19 ini adalah kemampuan guru dalam berinovasi merancang, dan meramu materi, metode pembelajaran, dan aplikasi apa yang sesuai dengan materi dan metode. Kreatifitas merupakan kunci sukses dari seorang guru untuk dapat memotivasi siswanya tetap semangat dalam belajar secara daring (online) dan tidak menjadi beban psikis.

Di samping itu, kesuksesan pembelajaran daring selama masa Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah/madrasah di sini perlu membuat skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan komunikasi orangtua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar di rumah dapat terpantau secara efektif.

Dengan demikian, pembelajaran daring sebagai solusi yang efektif dalam pembelajaran di rumah guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19, physical distancing (menjaga jarak aman) juga menjadi pertimbangan dipilihnya pembelajaran tersebut. Kerjasama yang baik antara guru, siswa, orangtua siswa dan pihak sekolah/madrasah menjadi faktor penentu agar pembelajaran daring lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Rachmawati. 2020. Indonesian Journal of Science Learning, 1 (1), 32-36.

Yurianto, Ahmad. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona

               virus Disease (COVID-19) 

Lee, A. 2020. Wuhan novel coronavirus (COVID-19): why global control is 

               challenging? Public Health, January, 19-21. https://doi.org/10.1016/j.puh e.2020.02.001 

Mustakim. 2020. Efektifitas Pembelajaran Daring Menggunakan Media Online

                selama pandemi Covid-19 pada Mata Pelajaran Matematika.

                 Al asma: Journal of Islamic Education, 2(1), 1-11.

Sun. 2020. Coronavirus pushes education online Nature Materials, 

                  20200205. https://doi.org/10.1038/s41563-020-0678-8  

Murfi, Ali dkk. “ Kepemimpinan Sekolah dalam Situasi Krisis Covid-19 di Indonesia,”  

                  Manageria: Jurnal Manjemen Pendidikan Islam, Volume 5, Nomor 1, Mei 2020

Abidah. L. 2020 The Impact of Covid-19 to Indonesian Education and Its Relation to the


ESSAY 5

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA


Problematika pendidikan di indonesia yang sekarang ini sangat memperihatinkan, yang mana dilihat dari segi dimensi kepemimpinan dan pendidikannya. Dengan adanya pendidikan seharusnya dapat menyelesaikan masalah. Karena kebodohan yang ada pada seseorang akan akan dapat dihapuskan oleh pendidikan yang baik. Oleh sebab itu essay ini saya buat guna untuk mengetahui apa- apa saja problematika pendidikan di indonesia. Dengan kita mengetahui problematika pendidikan di indonesia. Maka diharapkan adanya perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman baik dari segi pendidikannya maupun dimensi kepemimpinannya. Seperti yang diketahui saat ini problematika pendidikan saat ini adalah diantaranya rendahnya layanan pendidikan di indonesia, rendahnya mutu pendidikan di indonesia, rendahnya kemampuan literasi anak di indonesia dan banyak hal lainnya.

Persoalan pendidikan di Indonesia begitu sederhana. Berbagai problematika muncul tidak hanya dalam permasalahan konsep pendidikan, peraturan, dan anggaran saja, namun persoalan pelaksanaan pendidikan dari berbagai sistem di Indonesia juga turut serta menambah kompleknya problematika pendidikan di Indonesia. Sejak bergantinya era reformasi, banyak kalangan yang tidak mengerti dengan problematika pendidikan yang ada di negara kita ini. Hal ini bermula dari penilaian banyak orang terhadap out put hasil pendidikan di Indonesia yang belum sesuai dengan tujuan pendidikan di Indonesia. Indonesia telah saat ini sangatlah banyak perbaharuan tentang pendidikan, yang dapat membuat peserta didik kesulitan akan belajar. Karena yang diketahui bahwa pendidikan itu merupakan penerang yang membawa manusia dalam menentukan arah, tujuan kehidupan mereka. 

Berbagai masalah pendidikan di indonesia ini sangatlah banyak diantaranya dari segi (1) rendahnya layanan pendidikan di Indonesia,(2) rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, (3) rendahnya mutu pendidikan tinggi di Indonesia, dan (4) rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia. Secara praktis kenyataan ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia dewasa ini mengalami banyak tantangan dan masalah. Secara otomatis kondisi ini berdampak langsung dengan lulusan yang dihasilkan karena dengan rendahnya mutu pendidikan maka rendah pula kualitas lulusan yang dihasilkan. 

Asri budiningsih dalam bukunya belajar dan pembelajaran menuliskan bahwa memasuki era milenium ketiga, masyarakat dan bangsa Indonesia perlu mempersiapkan diri menghadapi berbagai tuntutan global. Tidak hanya berupa materi namun pengetahuan dan keterampilan yang cukup memadai hendaknya dimiliki oleh generasi muda kita. Anak-anak bangsa perlu dipersiapkan menjadi generasi yang tangguh, siap bersaing dan berkompeten. Maksudnya anakanak dipersiapkan menjadi pribadi yang berfikir kreatif, mampu mengambil keputusan tepat, memcahkan masalah, belajar bagaimana belajar, Sama dengan paparan di atas bahwa tujuan penulisan ini adalah agar memudahkan pemahaman tentang problematika pendidikan di Indonesia, maka tulisan ini mengkaji tentang permasalahan pendidikan. 

Pendidikan merupakan cahaya penerang yang menuntun manusia dalam menentukan arah, tujuan, dan makna kehidupan ini. Berbagai problematika pendidikan di Indonesia cukup banyak, mulai dari masalah kurikulum, kualitas, kompetensi, bahkan kompetensi kepemimpinan baik itu dijajaran tingkat atas maupun tingkat bawah. Berbagai kasus keluhan-keluhan terjadi di lapangan, baik pimpinan sekolah maupun para pendidik yang menyayangkan dimensi kepemimpinan seperti soal manajemen, disiplin, birokrasi dan administrasi yang sudah tidak baik.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya juga soal kepemimpinan di sekolah turut berperan mewarnai wajah penyelenggaraan dunia pendidikan serta memperluas kesenjangan dan konflik internal para pendidik. Ditambah lagi dengan pemberlakuan otonomi daerah, di mana sistem pendidikan nasional dituntut untuk melakukan perubahan dan penyesuaian sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang demokratis, memperhatikan keberagaman, memperhatikan kebutuhan daerah, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. 

Kondisi dinamis seperti ini tentu saja suatu dilematika yang cukup ironis, dan berpengaruh besar terhadap kualitas pendidikan. Memikirkan konsep dan mekanisme pendidikan, terlebih bagi masyarakat Indonesia yang sedang berkembang dan dengan kondisi masyarakat yang pluralis tentunya bukan perkara gampang. Tetapi walaupun demikian tetap merujuk bahwa pendidikan sebagai hak asasi setiap individu anak bangsa seperti yang tertuang dalam UUD 1945 Pasal 31ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. 

 A. Pengertian dan Fungsi Pendidikan 

Dalam arti yang sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Pengertian pendidikan mengalami perkembangan, meskipun secara essensial tidak jauh berbeda. Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh seorang pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sementara dalam Undang-undang Sisdiknas dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 

Fungsi pendidikan menurut Hasan Langgulung seara garis besar dibagi pada tiga. Pertama, menyiapkan generasi muda untuk memiliki kemampuan agar bisa memegang peranan-peranan pada masa yang akan datang di tengah kehidupan masyarakat. Kedua, memindahkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peranan dari generasi tua ke generasi muda. Ketiga, memindahkan nilai-nilai generasi tua ke generasi muda dengan tujuan agar keutuhan dan kesatuan masyarakat terpelihara.  

 B. Kesenjangan pendidikan

Pendidikan di Indonesia menunjukkan kualitas yang rendah. Asumsinya hal ini terjadi karena pemerintah kurang serius memperhatikan bidang pendidikan. Sementara kemajuan bangsa salah satunya yang terpenting adalah pendidikan, karena pendidikan merupakan modal dasar untuk kemajuan suatu bangsa. Kesenjangan dalam pendidikan di Indonesia masih terjadi di berbagai hal seperti: (1) rendahnya layanan pendidikan di Indonesia,(2) rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, (3) rendahnya mutu pendidikan tinggi di Indonesia, (4) rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia. Dimana rendahnya mutu pendidikan akan sangat berdampak buruk bagi peserta didik, karena mutu pendidikan yang baik itu kan menghasilkan lulusan yang baik juga. 

C. Problematika pendidikan 

Dimana seiring dengan era globalisasi, pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan Indonesia dituntut untuk meningkatkan mutu sumber daya manusianya dalam menghadapi persaingan global. Dunia pendidikan harus peka dan tanggap dalam mempersiapkan sistem pendidikan sesuai dengan konteks dan tuntutan zaman. Tentang prospek pendidikan nasional ke depan dalam menghadapi era perkembangan globalisasi, kesadaran global tentang peningkatan sumber daya manusia adalah sebuah keharusan bagi dunia pendidikan. Hal ini karena pendidikan sebagai bentuk investasi dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Oleh sebab itu diharapkan kebijakan- kebijakan yang diberikan pemerintah terhadap pendidikan di Indonesia akan membawa pendidikan menjadi lebih baik lagi. 

Kemudian masalah-masalah apa yang jadi problematika dalam pendidikan di Indonesia? Di indonesia sendiri masih ada 4 permasalahan yang belum bisa diatasi, antara lain adalah :

Minimnya ketersediaan dana pendidikan. Terkait permasalahan dana, bukan hanya bayaran pembelajaran di lembaga formal ataupun informal. Bayaran buat membayar properti serta sarana semacam buku, perlengkapan tulis, seragam, serta transportasi. Tidak hanya itu, untuk golongan yang hadapi kesusahan ekonomi, mereka lebih memilih bekerja guna memenuhi bayaran hidup yang terus menjadi besar dibanding meneruskan pembelajaran. Memang, pemerintah telah mengharuskan wajib belajar 12 tahun dan membiayai secara gratis bagi rakyat kecil atau tidak mampu. Tetapi, kasus ini tidak bisa tuntas begitu saja karena alokasi dana yang menyebar tidak dapat dirasakan masyarakat kurang mampu secara menyeluruh.

Sedikitnya bahan belajar mengajar. Demi tingkatkan mutu belajar, murid telah sepatutnya mendapatkan buku pelajaran ataupun lembar latihan soal. Sebaiknya, dorongan berbentuk bahan belajar diberikan lebih banyak ke wilayah- wilayah yang dengan warga kurang mampu. Bukan itu saja, guru juga membutuhkan bahan ajar yang dengan modul yang bermutu serta cocok untuk kurikulum terkini. Apabila tenaga pendidik mengenakan bahan ajar yang ketinggalan era, pasti aktivitas mengajar jadi kurang optimal.

Rendahnya mutu tenaga pendidik. Mutu tenaga pendidik yang rendah jadi salah satu kasus pembelajaran di Indonesia. Tidak seluruh guru sanggup mengajar modul yang cocok kompetensi tiap- tiap.

Tidak ada sarana atau fasilitas yang memadai. Tidak cuma harus lengkap, sarana juga wajib memadai. Misalnya, papan tulis, meja, kursi, perkakas laboratorium, atau alat elektronik. Bayangkan bila sarana tersebut rusak, tentu hal ini dapat mengganggu proses belajar mengajar.

Ada pula kasus sarana yang berkaitan dengan kemajuan teknologi. Walaupun saat ini murid bisa belajar secara digital, tetapi golongan tertentu saja yang dapat menikmatinya. Murid yang berasal dari keluarga kurang mampu, belum dapat menerima sarana esensial yang mencukupi. Kasus semacam inilah yang wajib jadi fokus pemerintah dalam negara.


 D. Implikasi dalam dunia pendidikan.

Dalam dunia pendidikan yang merupakan salah satu sistem sosial, pada akhirnya juga mengalami dampak arus globalisasi. Konsekuensi yang harus dibayar oleh lembaga pendidikan adalah perubahan logika pendidikan. Lembaga pendidikan; sekolah, perguruan tinggi yang semula merupakan pelayanan publik (publik servant)dengan memposisikan pembelajar (siswa dan mahasiswa)sebagai warga negara (citizen) yang berhak mendapatkan pendidikan yang layak7, namun ketika status BHMN (Badan Hukum Milik Negara) menjadi target, PTN (Perguruan Tinggi Negeri) sebagai privatisasi pendidikan, tidak lebih sebagai produsen, sedangkan pembelajar (mahasiswa dan siswa)sebagai konsumennya. Jalinan relasional yang membentuk pun mengarah pada transaksi harga antara penjual dan pembeli. Sementara produk (output) yang dihasilkan adalah pesanan dari pemodal untuk memenuhi kebutuhan produsen dan mengabaikan aspek kesadaran kritis siswa. 

Dengan meningkatnya mutu pembelajaran berarti sumber energi manusia yang terlahir akan terus menjadi baik mutunya, serta Indonesia akan sangugup bersaing secara sehat dalam seluruh bidang di dunia internasional. Dan Pembelajaran di Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya serta terciptanya keadilan dalam dunia Pembelajaran. Dimana, bukan hanya tentang meningkatkan fasilitas serta prasana pendidikannya saja, namun butuh terdapatnya pergantian dalam sistem Pembelajaran Indonesia ini bukan cuma berorientasi pada hasil, tetapi wajib berfokus pada prosesnya.

Masalah- masalah tersebut tidak akan rampung apabila tidak mengaitkan kedudukan dari segala susunan msyarakat. Oleh sebab itu, dukungan dari tiap orang akan sangat berarti dalam situasi serta kondisi pensisikan pada saat ini.

Pendidikan harus mendapatkan perhatian yang serius bagi setiap bangsa, karena dengan pendidikan akan dapat dilihat maju mundurnya suatu bangsa. Tentu saja bangsa Indonesia tidak mau hidup terbelakang akibat aspek pendidikan tidak mendapat pengertian yang cukup dengan adanya berbagai kemajuan di bidang lain. Hal yang mendasar bagi problematika pendidikan dipengaruhi oleh dimensi kepemimpinan atau pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. Oleh karena itu, kebijakan pemimpin harus merata ke setiap daerah sehingga masalah pendidikan tidak lagi terjadi. Namun kita harus menyadari masalah pendidikan tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab semua pihak organisasi sekolahnya itu sendiri. 


DAFTAR PUSTAKA 


Budiningsih, Asri. (2005).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta

Getteng, Abd Rahman. (2011). Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika. Yokyakarta: Graha Guru 

Syafril, dan Zelhendri Zen, dkk. (2012). Pengantar Pendidikan. Padang: Sukabina Press.

Tilaar, H.A.R. (2006). Standar Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta 

Suryosubroto. (1998). Aspek Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Syafril & zelhendri,zen.(2017). Dasar- dasar ilmu pendidikan. Bandung: Kencana. 


ESSAY 6

PENTINGNYA ORGANISASI DALAM PENDIDIKAN 

Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung sepanjang hidup merupakan faktor penting dari kehidupan seseorang dan merupakan aspek strategis bagi suatu negara. Mengacu pada kompleksitas dan dinamisasi penyelenggaraan pendidikan tersebut, terkait hal ini pakar dan pemerhati pendidikan telah banyak menyumbangkan tenaga dan pemikirannya dengan maksud untuk memperbaiki mutu dan memajukan pendidikan yang dapat menyejahterakan suatu bangsa.

Pendidikan merupakan hak warga negara untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia (SDM) yang berkarakter sesuai tuntutan pembangunan. Program pendidikan yang berkualitas diselenggarakan secara terencana, terarah, dan terpadu dalam suatu sistem organisasi yang efektif dan lugas. Organisasi pendidikan yang efektif disiapkan untuk mampu menghadapi berbagai tantangan dan persaingan global. Pendidikan diselenggarakan untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan dan berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI 1945). 

Organisasi pendidikan memiliki efek lebih langsung terhadap mutu SDM yang diukur dengan mutu hasil belajar, outcome, dan pertumbuhan ekonomi negara sebagai kontribusi pendidikan terhadap kualitas SDM. Dalam hal persaingan kualitas pendidikan menempatkan manusia terdidik sebagai indikator orang yang sukses secara ekonomi dan sosial. Sebagaimana dikemukakan Cohn (1979:30) manusia sebagai modal dasar diinvestasikan dalam jenjang dan jenis pendidikan yang sifatnya umum dan spesifik dalam bentuk latihan kerja, manusia yang terdidik akan menghasilkan produk kerja yang tinggi dan bermutu. Sejalan dengan pendapatan tersebut, maka organisasi pendidikan pada pemerintah daerah dan satuan pendidikan saling memengaruhi terdiri dari berbagai ragam strategi bersaing yang digunakan mengejar daya saing strategis dan keunggulan tinggi. 

Sekolah merupakan salah satu tempat belajar para siswa yang memiliki kaitan dengan lingkungannya. Sebagai suatu sistem, sekolah merupakan organisasi terbuka yang tidak boleh mengisolasi diri dari lingkungannya, melainkan harus selalu mengadakan hubungan kontak dengan lingkungannya dan bekerja sama. Sekolah sebagai suatu sistem diorganisasikan untuk memudahkan pencapaian tujuan belajar dan mengajar yang berkualitas dalam melayani peserta didik secara efektif dan efisien. Organisasi dapat diartikan sebagai pemberian struktur/susunan, terutama dalam penempatan personal, yang dihubungkan dengan garis kekuasaan dan tanggung jawabnya didalam keseluruhan organisasi. Dalam organisasi susunan dan garis-garis kekuasaan serta tanggung jawab itu menentukan bentuk dan sifat organisasi itu secara keseluruhan.

Menurut Immegart, sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dengan bagian-bagiannya yang tersusun secara sistematis yang mempunyai relasi satu dengan yang lainnya sesuai dengan konteksnya. Berkaitan dengan hal ini, maka sebuah desain organisasi sekolah di dalamnya tim administrasi sekolah yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tim administrasi ini bukan pegawai tata usaha, tetapi pihak-pihak yang dapat mengambil kebijakan berkaitan dengan manajemen sekolah. Tujuan utama tim administrasi ini adalah untuk mengembangkan prosedur kebijakan sekolah, memecahkan masalah masalah umum mengenai sekolah dengan memanfaatkan semua potensi individu yang tergabung dalam tim. Semua anggota tim sekolah harus dapat melakukan kerja sama dalam rangka mensukseskan program sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam struktur organisasi sekolah, kepala sekolah bersama para guru merupakan orang yang paling bertanggung jawab melaksanakan program dan kegiatan sekolah. Pemberdayaan sekolah merupakan pilihan yang paling tepat untuk mewujudkan sekolah yang mandiri dan memiliki keunggulan tinggi. 

Untuk mencapai sekolah yang baik dan berhasil, kepala sekolah bersama para guru dan staf saling membagi ide, saling membantu atau sama lainnya, tingkat perputaran atau pergantian guru karena mendapatkan sangsi adalah rendah, jumlah siswa berkasus mental termasuk dalam posisi rendah sekali dibanding dengan sekolah lainnya yang serupa. Artinya, sekolah yang berhasil menunjukkan bahwa guru dan para siswanya memiliki perilaku atau akhlak yang baik dan juga memiliki intelektualitas yang tinggi. 

Unsur-unsur dasar pembentukan suatu organisasi menurut adalah sebagai berikut: 

 Adanya tujuan bersama, organisasi mensyaratkan suatu yang akan diinginkan, biasanya terumuskan dalam visi, misi target, tujuan. Tujuan inilah menyatukan berbagai unsur dalam organisasi. 

Adanya kerja sama dua orang atau lebih untuk mewujudkan tujuan bersama. 

Adanya pembagian tugas, untuk efektifitas, efisiensi, dan produktivitas organisasi dibutuhkan pembagian tugas. 

Adanya kehendak untuk kerja sama, anggota organisasi mempunyai kemauan/kehendak untuk bekerja sama untuk tujuan bersama. 

Sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah seharusnya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal bisa tercapai dengan maksimal. Unsur-unsur personal pendidikan adalah kepala sekolah, guru, karyawan,dan murid. Selain itu juga sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang berada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan.

Organisasi yang baik hendaknya membagi tugas-tugas dan tanggung jawab dengan sesuai kapasitas, fungsi dan wewenang serta kemampuannya untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui struktur organisasi yang ada anggota organisasi pendidikan akan mengetahui tugas dan wewenang semua steakholder pendidikan Pendidikan sebagai organisasi harus dikelola sesuai dengan sumberdaya yang ada baik itu SDM maupun sarana dan prasarana, sehingga aktivitas pelaksanaan program organisasi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Diantara manfaat tujuan organisasi pendidikan adalah: Mengatasi keterbatasan kemampuan, kemauan dan sumber daya yang dimiliki dalam mencapai tujuan pendidikan. Terciptanya efektifitas dan efisiensi organisasi dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Sebagai wadah pengembangan potensi dan spesialisasi yang dimiliki. Menjadi tempat pengembangan ilmu pengetahuan dan lain-lain. 

Jenis-jenis organisasi pendidikan secara umum terbagi menjadi dua yaitu:

 a. Organisasi Formal Organisasi formal adalah organisasi yang dicirikan oleh struktur organisasi. Keberadaan struktur organisasi yang menjadi pembeda utama antara organisasi formal dan informal. Sebagai struktur organisasi formal dimaksudkan untuk menyediakan penugasan kewajiban dan tanggung jawab memperlihatkan hubungan tertentu antara personil-personil organisasi. Struktur dalam organisasi memperlihatkan unsur-unsur administrasi berikut:

Kedudukan: Kedudukan struktur mengambarkan letak/posisi setiap orang dalam organisasi. 

Hierarki dalam Kekuasan: struktur digambarkan sebagai suatu rangkaian hubungan antar satu orang dengan yang lainnya dalam suatu organisasi.

Kedudukan garis dan staf: organisasi garis memperjelas struktur perintah, jalan permohonan, pengambilan keputusan, , saluran komunikasi, mengeluarkan instruksi, dan petunjuk pelaksanaan. Bentuk skema struktur organisasi formal dapat berbentuk piramida mendatar atau melingkar.

 b. Organisasi Informal Keberadaan organisasi dapat dilihat dari 3 karakteristik yaitu norma perilaku, tekanan untuk adaptasi dan kepemimpinan informal. Menurut Ara Hidayat dan Imam Machali norma prilaku adalah standar prilaku yang diharapkan menjadi perilaku bersama yang ditetapkan oleh kelompok, dalam sebuah kesepakatan bersama tidak tertulis di antara orang-orang dalam organisasi tertentu. 

Tekanan untuk menyesuaikan diri akan muncul apabila seseorang akan bergabung dalam sebuah organisasi, tidak semata secara fisik melainkan melibatkan sosial emosional individu-individu. Kepemimpinan formal dalam organisasi informal menjadi salah satu komponen yang sangat kuat mempengaruhi orang-orang di dalam oeganisasi bahkan dimungkinkan melebihi kepemimpinan dalam organisasi formal, dimana seseorang dipatuhi bukan karena memiliki jabatan, tetapi ada kelebihan yang secaraa lamiah dan mampu mempengaruhi oranglain tanpa paksaan apapun. Jenis-jenis organisasi memiliki jumlah yang tidak sedikit namun pada pelaksanaannya ada satu jenis organisasi yang paling urgen dan patut untuk dikaji yaitu jenis organisasi dilihat dari segi tujuannya:

Organisasi profil

Organisasi profil adalah organisasi yang tujuan didirikannya untuk mengambil keuntungan. Misalnya: perusahaan, koprasi, dan lain sebagainya.

Organisasi Non profil

Organisasi non profil adalah organisasi yang didirikan bukan untuk mencari keuntungan. Misalnya: LSM, ormas, sekolah, pesantren, dll. 

Setiap lembaga atau satuan pendidikan memiliki tujuan dasar dalam pendidikan, hal ini tercantum dalam UU sisdiknas Tahun 2003 yang berbunyi ( UU RI, 2003:3) pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, prilaku mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan bangsa.

Struktur organisasi dalam pendidikan dan pengajaran ditiap negara berbeda-beda. Hal ini tergantung pada struktur organisasi dan administrasi pemerintah negara masing-masing. Di suatu negara yang bentuk dan struktur organisasi pemerintahannya cenderung ke arah kediktatoran, di mana segala kekuasaan dipusatkan pada satu orang atau segolongan orang. Struktur organisasi pendidikannya cenderung kearah sentralisasi. Setiap hal yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ditentukan dan diselenggarakan oleh pusat secara sentral. Sebaliknya, dalam negara-negara yang menganut sistem demokrasi dalam pemerintahannya, struktur organisasi pendidikannya disusun menurut pola-pola yang demokratis. Kekuasaan dan penyelenggaraan pendidikan tidak dilakukan secara sentral, tetapi dibagi-bagikan atau diserahkan kepada daerah-daerah, disesuaikan dengan kondisi dan kepentingan daerah. Struktur organisasi yang pokok ada dua macam yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Di antara kedua struktur tersebut terdapat beberapa struktur campuran, yakni yang lebih cenderung kearah sentralisasi mutlak, dan lebih mendekati desentaralisasi tetapi beberapa bagian masih dilakukan secara sentral.

Struktur Sentralisasi

Di negara-negara yang organisasi pendidikannya dijalankan secara sentral, yakni yang kekuasaan dan tanggung jawabnya dipusatkan pada suatu badan di pusat pemerintahan, maka pemerintahan daerah kurang sekali atau sama sekali tidak mengambil bagian dalam adminstrasi apapun. Jika ada bagian-bagian yang dikerjakan oleh pemerintahan daerah atau wilayah-wilayah selanjutnya, semua merupakan pekerjaan-pekerjaan prantara, sebagai penyambung atau penyalur ketetapan-ketetapan-ketetapan dan instruksi-instruksi dari pusat untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah. 

Di dalam struktur organisasi yang berbentuk organisasi line (line organization), garis-garis perintah/kekuasaan dan tanggung jawab membentang tegak lurus dari atas ke bawah atau dari pimpinan atasan sampai kepada organ yang paling bawah. Segala sesuatu yang mengenai urusan-urusan pendidikan, dari menetukan kebijakan (policy) dan perencanaan, penentuan struktur dan syarat-syarat personel, urusan kepegawaian, sampai kepada penyelenggaraan bangunan-bangunan sekolah, menentukan kurikulum, alat-alat pelajaran, soal-soal dan penyelenggaraan ujian-ujian. Semua ditentukan oleh dan dari pusat. Sedangkan bawahan dan sekolah-sekolah hanya merupakan pelaksana-pelaksana pasif.

Organisasi pendidikan yang menerapkan sistem sentralisasi menjadikan kepala sekolah, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, serta prosedur pelaksanaan tugas sangat dibatasi oleh aturan-aturan dan instruksiinstruksi dari pusat yang diterima melalui jabatan yang dimiliki oleh atasannya. Sistem sentralisasi semacam ini memiliki identitas pokok yang sangat menonjol yaitu keharusan adanya keseragaman yang sempurna bagi seluruh daerah dilingkungan negara tersebut. Keseragaman itu meliputi hampir semua kegiatan pendidikan, terutama di sekolah-sekolah setingkat dan sejenisnya. Misalnya: keseragaman dalam organisasi sekolah, rencana pelajaran, buku-buku pelajaran, metode-metode mengajar, soal-soaldan waktu penyelenggaraan ujian, dan lain-lain tanpa memperhatikan keragaman dan keadaan daerah masing-masing. Dari penjelasan tersebut, jelaslah bahawa sistem sentralisasi yang seperti itu banyak mengandung kekurangan-kekurangan. Adapun kekurangan yang prinsipal adalah: 1) Administrasi yang cenderung kepada sifat-sifat otoriter dan birokratis. Menyebabkan para pelaksana pendidikan, baik para pegawai maupun kepala sekolah serta guru-guru, menjadi orangorang yang pasif dan bekerja secara rutin dan tradisional belaka. 2) Organisasi dan administrasi berjalan sangat kaku yang disebabkan oleh garis-garis komunikasi antar sekolah dan pusat sangat panjang dan berbelit-belit, sehingga kelancaran penyelesaian persoalanpersoalan kurang dapat dijamin. 3) Karena terlalu banyak kekuasan dan pengawasan sentral, timbul penghalang-penghalang bagi inisiatif setempat, dan mengakibatkan uniformitas yang mekanis dalam administrasi pendidikan yang biasanya hanya mampu sekedar membawa hasil-hasil pendidikan yang sedang atau sedikit (Purwanto, 2005:130).

Struktur Desentralisasi 

Di negara-negara yang organisasi pendidikannya desentralisasi, pendidikan bukan urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintahan daerah dan masyarakat setempat. Penyelenggaraan pengawasan sekolah-sekolah berada sepenuhnya dalam penguasaan daerah. Campur tangan pemerintah pusat terbatas pada kewajiban-kewajiban tentang pemberian tanah subsidi, penyelidikan-penyelidikan, nasehat-nasehat dan konsultasi serta program pendidikan bagi orang-orang luar negeri. Tiap-tiap daerah atau wilayah diberikan otonomi yang sangat luas, yang meliputi penentuan anggaran biaya, rencana-rencana pendidikan, penentuan personel/guru, gaji guru-guru/pegawai sekolah, buku-buku pelajaran, juga tentang pembangunan, pakaian serta pemeliharaan gedung sekolah. Dengan menjalankan struktur organisasi pendidikan secara desentralisasi seperti ini menjadikan kepala sekolah seorang pemimpin profesional dengan tanggung jawab yang luas dan langsung terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh sekolahnya. Ia bertanggung jawab langsung terhadap pemerintahan dan masyarakat setempat. Semua kegiatan sekolah yang dijalankannya mendapat pengawasan dan social control yang langsung dari pemerintah dan masyarakat. Penyebabnya karena kepala sekolah dan tenaga pendidikan adalah petugas atau karyawan pendidikan yang dipilih, diangkat, dan diberhentikan oleh pemerintah daerah setempat.

Adapun kelebihan yang mungkin terjadi adalah: 

Pendidikan dan pengajaran dapat disesuaikan dengan dan memenuhi kebutuhan setempat. 

Kemungkinan adanya persaingan yang sehat diantara daerah atau wilayah sehingga masing-masing berlomba-lomba untuk menyelenggarakan sekolah dan pendidkan yang baik. 

Kepala sekolah, guru-guru dan petugas-petugas pendidkan yang lain akan bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh karena merasa dibiayai dan dijamin hidupnya oleh pemerintah dan masyarakat setempat. 

Adapun kekurangannya yaitu: 

Karena otonomi yang sangat luas, kemungkinan program pendidikan di seluruh negara akan berbeda-beda. Hal ini dapat menimbulkan kemungkinan perpecahan bangsa. 

Hasil pendidikan dan pengajaran tiap-tiap daerah atau wilayah sangat berbeda-beda, baik mutu, sifat, maupun jenisnya, sehingga menyulitkan bagi pribadi murid dalam mempraktekkan pengetahuan/kecakapannya dikemudian hari di dalam masyarakat yang lebih luas. 

Kepala sekolah, guru-guru, dan para petugas-petugas pendidkan lainnya cenderung untuk menjadi kariawankariawan yang materialistis, sedangkan tugas dan kewajiban guru pada umumnya lain dari pada karyawan-karyawan yang bukan guru.


DAFTAR PUSTAKA


Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, S.Sos., M.Pd. 2016. MEMAHAMI 

               ORGANISASI PENDIDIKAN Budaya dan Reiventing,

               Organisasi Pendidikan, Jakarta. KENCANA (Divisi dari 

               PRENADAMEDIA Group).

Purwanto, M, Ngalim 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.

                PT Remaja Rosda Karya, Bandung.

 Sagala, Saiful 2004. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. 

               PT Nimas Multima, Jakarta.

Hidayat, Ara dan Imam Machali 2010, Pengelolaan Pendidikan konsep 

              Prinsip dan aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah. 

              Pustaka Eduka, Bandung. 

Suryosubroto 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Rhineka Cipta,

              Jakarta.


ESSAY 7

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI

Pendidikan karakter bangsa pada intinya merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi agama. Budaya dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter itu terdapat 18 buah antara lain yaitu: Agama, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai,gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Nilai–nilai budaya dan karakter bangsa melalui pendidikan dikembangkan agar peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagi pribadi, anggota keluarga, masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, kreatif dan inovatif. Secara teknis pendidikan karakter bangsa dimaknai sebagai proses internalisasi penghayatan nilai-nilai budaya karakter bangsa dan nilainilai luhur akhlak muliayang dilakukan peserta didik secara aktif. 

Pendidikan karakter sangat perlu diberikan terhadap bangsa Indonesia sejak dini.Hal ini dikarenakan membentuk suatu paradigma dan karakteristik agar menjadi bangsa yang maju di dukung dengan moral yang baik. Pengembangan karakter yang terbaik adalah jika dimulai sejak dini. Hal ini terkait dengan kepercayaan bahwa “Jika kita gagal menjadi orang baik di usia dini, di usia dewasa kita akan menjadi orang yang bermasalah atau orang yang kurang beruntung dan beban bagi orang lainnya.

Pada pendidikan anak usia dini sangat perlu untuk memperhatikan dan menerapkan pendidikan karakter demi masa depan anak – anak Indonesia yang lebih baik. Dengan pendidikan karakter itu diharapkan pula anak – anak tumbuh paripurna atau sempurna. Pada usia 0 - 6 tahun, pada periode ini otak anak sedang berkembang dengan sangat pesat. Mereka akan mampu menyerap dengan cepat segala sesuatu yang dilihat atau didengarnya. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan fsiko sosial, yang berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan hari depan anak. Pemerintah telah menunjukkan kemauan politiknya dalam pembangunan sumberdaya manusia sejak dini. Pendidikan anak usia dini merupakan penentu pembentukan karakter manusia Indonesia di dalam kehidupan berbangsa. 

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. Yang dilakukan melalui simulasi atau rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, informal dan non formal. Pengertian karakter menurut pusat bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku , bersipat, dan berwatak. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNJ, 2008) karakter mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. 

Konsep pendidikan karakter dapat dilihat pada contoh karakter mulia yang berarti memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai nilai, seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif, dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, perhati lembut , pemaap, setia, bekerja keras, tekun, ulet, gigih, teliti, berpikir positip, disiplin, ansisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat efisisien, menghargai waktu, pengabdian, pengendalian diri, produktif, ramah ,estetis, sportif, tabah, terbuka tertib. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positip sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). Individu yang memiliki karakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama lingkungan, bangsa dan negara serta dunia Internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi pengetahuan dirinya disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya. 

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan Pendidikan nasional. Pasal 1 UUD Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan ahlak mulia.

Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga kepribadian atau karakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernapas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. 

Selain itu, Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Pasal 26 tentang Kewajiban & Tanggung Jawab Orangtua dan Keluarga untuk Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak serta menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya. 

Pendidikan bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga sejalan dengan pendapat Dr. Martin Luther King, Yakni : “Intelligence pus character... that is the goal of true educatio” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya). Memahami pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Menurut Thomas Lickoma, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. 

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya, Kecerdasan emosi ini adalah bekal yang penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. 

Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungannya. Lengkapnya adalah: 

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri 

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai 

Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan 

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan 

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri 

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya dimulai di usia kanak – kanak atau yang biasa disebut oleh para ahli Psikologi sebagai usia emas (Golden Age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabiitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20 % sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak. 

Selain itu, Saat usia dini, lebih mudah membentuk karakter anak. Sebab, ia lebih cepat menyerap perilaku dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini, perkembangan mental berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu, lingkungan yang baik akan membentuk karakter yang positif. Pengalaman anak pada tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah ia akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.

Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak dengan rutinitas yang padat. Karena itu seyogyanya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak – anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Disinilah peran guru, yang dalam filosofi jawa disebut digugu dan ditiru, dipertaruhkan, karena guru adalah ujung tombak di kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik. 

Akhir-akhir ini pendidikan karakter menjadi isue yang hangat dibicarakan. Apa sih dampak dari pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Sebagai hasil penelitian Dr Mavin Berkowitz dan University Of Missouri dalam buletin Character Educator, menunjukkan peningkatan motivasi siswa sekolah yang meraih prestasi akademik pada sekolah yang menerapkan pendidikan karakter, kela-kelas yang secara komprehensip terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.

Dengan pendidikan karakter seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.menurut Joseph Zins, et .al.2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positip kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan ada sederet faktor – faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu, percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati dan kemampuan berkomunikasi. Demikian pula pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang dimasyarakat ternyata 80 % dipengaruhi oleh kecerdasan emosi anak, dan hanya 20 % ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak- anak yang bermasalah dalam kecerdasan emosinya akan mengalami kesulitan belajar, bergaul tidak dapat mengontrol emosinya . Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra sekolah. Dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosinya tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran narkoba, mitras, perilaku seks bebas dan sebagainya. 

Kunci sukses keberhasilan suatu Negara sangat ditentukan oleh sejauh mana masyarakat mempunyai karakter yang kondusif untuk maju yang disebut “modal social“ (social capital). Jadi, bukan ditentukan oleh banyaknya sumber daya alam atau banyaknya jumlah penduduk dan luas geoografisnya. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang, penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama membangun bangsa.

Banyak hal yang harus dilakukan untuk membangun karakter anak usia dini yang diharapkan dapat mengubah perilaku negatif ke positif. Pertama kurangi jumlah mata pelajaran berbasis kognitif dalam kurikulum-kurikulum pendidikan anak usia dini. Pendidikan intelektual (kognitif) yang berlebihan akan memicu pada ketidak seimbangan aspek-asepk perkembangannya.

Kedua, setelah dikurangi beberapa pelajaran kognitif, tambahkan materi pendidikan karakter. Materi pendidikan karakter tidak identik dengan mengasahkan kemampuan kognitif, tetapi pendidikan ini adalah mengarahkan pengasahan kemampuan afektif. Metode pembelajaran karakter ini dilakukan dengan cerita-cerita keteladan seperti kisah-kisah keteladan Nabi-nabi, sahabatsahabat nabi, pahlawan-pahlawan Islam, dunia, nasional ataupun lokal. Cara lain yang dianggap baik dilakukan adalah dengan contextual learning, yaitu dalam setiap pembelajaran anak-anak diberikan contoh kegiatan yang baik dengan langsung diperlihatkan dalam tindakan-tindakan seluruh pendidik dalam suatu lembaga pendidikan. 

Membangun karakter, merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Anak-anak, akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Dengan begitu, fitrah setiap anak yang dilahirkan suci bisa berkembang optimal. Oleh karenanya ada tiga pihak yang mempunyai peran penting yaitu, keluarga, sekolah, dan komunitas. (Megawangi, 2003:23) 

Pembentukan karakter ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama, anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua, mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Misalnya, anak tak mau mencuri, karena tahu mencuri itu buruk, ia tidak mau melakukannya karena mencintai kebajikan. Ketiga, anak mampu melakukan kebajikan, dan terbiasa melakukannya. Lewat proses sembilan pilar karakter yang penting ditanamkan pada anak. Ia memulainya dari cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya; tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; kejujuran; hormat dan santun; kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama; percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati; toleransi, cinta damai, dan persatuan. 

Tujuan mengembangkan karakter adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmenya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukannya dengan benar, dan cenderung memiliki tujuan hidup sehingga tercipta karakter manusia yang kondusif untuk maju yang disebut “modal sosial“ (social capital) yang akan menjadi modal menuju keberhasilan suatu negara.

KESIMPULAN 

1. Pendidikan karakter sebaiknya diberikan sejak usia dini, sebab pada usia – 0 sampai 6 tahun merupakan usia emas di mana 80 % kecerdasan otak anak menentukan kecerdasan usia dewasa dan selebihnya 20 % kecerdasan otak diperoleh pada usia dewasa

 2. Hasil penelitian menunjukkan anak dengan pendidikan karakter dapat terhindar dari masalah – masalah yang tidak diharapkan dan motivasi belajarnya ada peningkatan.


DAFTAR PUSTAKA


Sumarmo, Utari. 2011. Pembelajaran Matematika Berbasis Pendidikan Karakter. 

                Cimahi: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika.

Wahyudin. 2011. Membangun Karakter Melalui Pendidikan Matematika yang 

                 Berkualitas. Cimahi: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika.


ESSAY 8

PENTINGNYA PERAN SUPPORT SYSTEM DALAM PROSES BELAJAR


Pendidikan berhubungan dengan proses belajar dan kegiatan pembelajaran, baik disekolah maupun di luar sekolah. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru dihadapkan pada sejumlah karakteristik anak yang beragam. Secara garis besar, guru dihadapkan pada anak yang mampu cepat memahami suatu materi pembelajaran tanpa mengalami kesulitan khusus dalam memahami pelajaran, dan memiliki cara belajar, ketertarikan mereka berbeda-beda. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tradisional, keberagaman kemampuan dan kebutuhan belajar anak tidak akan mungkin terpenuhi, oleh sebab itu diperlukan akomodasi atau alternatif cara belajar anak serta lingkungan belajar yang aksesibel. (Al-Azawei, serenelli, & Lundqvist, 2016).

Secara tidak langsung kondisi tersebut dialami oleh semua guru. Peran guru dalam merespons keberagaman anak ini sangat penting. Guru harus memiliki sikap yang terbuka, mampu menyosialisasikan keberagaman adalah karunia dari Tuhan, mampu menghilangkan hambatan belajar dengan mencari berbagai cara mengajar agar seluruh siswa mampu mencapai prestasi dan kesuksesan dalam belajar, serta mewujudkan lingkungan yang nyaman bahwa seluruh anak dapat diterima dan berpartisi aktif dalam belajar di kelasnya (Rouse, n.d.). jika seluruh komunitas pendidikan mampu menerima tantangan ini dan mampu membuat perubahan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan memberikan peluang bagi anak berkebutuhan khusus, maka hal tersebut benar-benar menciptakan sekolah yang terbuka untuk semua anak (Journal & Education, 2013).

Belajar perlu dalam hidup manusia karena dengan belajar maka kehidupan manusia akan lebih terarah dan lebih baik. Sementara itu, Menurut Cronbach (dalam Djamarah, 2004:13) ” Learning is shown by change in behavior as a result of experience”. Artinya belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. 

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia mempunyai kebutuhan, kebutuhan fisik (sandang, pangan, dan papan) dan kebutuhan psikis (rasa ingin tahu dan rasa aman). Setiap manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan, dan dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut tidak lepas dari bantuan orang lain. Apalagi saat sedang mengalami masalah, jika tidak berminat butuh penyemangat karena dengan adanya dukungan berupa pemberian semangat tersebut individu merasa didukung. 

Istilah dukungan/support system menurut Chaplin (2009:495) adalah memberikan dorongan, semangat, dan nasihat kepada orang lain dalam situasi tertentu. Dukungan yang berupa bantuan atau sokongan yang diterima seseorang (siswa) dari orang lain yaitu orangtua. Orangtua orang yang terdekat dalam kehidupan siswa, Sesuai dengan pendapat Hasbullah (2008:9) orangtua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya atau disebut dengan ibu bapak dari anak. 

Istilah dukungan orangtua menurut Israel & Schurman (dalam White, 2009) yaitu “Social support of parent is an explansive construct that describes the physical and emotional comfort given to individuals by their family, friends, and other significant persons in their lives”. Artinya, kenyamanan fisik dan emosional yang diberikan kepada siswa oleh orang yang dicintai dan disayanginya seperti keluarga, teman, dan orang yang penting dalam hidup adalah bentuk dukungan orangtuayang diberikan kepada anak (siswa). 

Menurut Thompson (dalam Lestari, 2012:16) hubungan antara orangtua dan anak akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Kualitas hubungan yang baik antara orangtua dan anak, akan merefleksikan tingkat kehangatan (warmth), rasa aman (security), kepercayaan (trust), afeksi positif, dan ketanggapan (responsiveness) yang baik pada anak. Hal ini dapat dilihat ketika orangtua membimbing, membantu, menyayangi, menasehati, mengarahkan, dan memfasilitasi anak dalam belajar maka anak akan merasa lebih positif dan tanggap. Oleh karena itu, dukungan orangtua perlu untuk membantu suksesnya pembelajaran anak. 

Menurut Sarafino & Smith (2011) bahwa dukungan orangtua mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan, kepedulian, dan penerimaan dukungan yang didapat dari orangtua atau kelompok lain. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua juga sebagai informasi yang menuntut seseorang untuk meyakini bahwa dirinya diperhatikan, dicintai, dan dimengerti sehingga akan timbul perasaan bahagia. Kemudian Johnson & Johnson (dalam Toifur & Prawitasari, 2003) menyatakan dukungan orangtua sebagai keberadaan orang lain yang bisa diandalkan untuk diminta bantuan, dorongan, dan penerimaan apabila individu mengalami kesulitan atau masalah. Berarti, dukungan orangtua tidak hanya secara langsung tetapi juga bisa melalui orang lain, seperti mengandalkan orang lain disekitar siswa untuk membantu siswa ketika siswa mengalami kesulitan atau masalah, dengan berupa dorongan dan penerimaan. 

Berdasarkan definisi dukungan sosial orangtua, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan dukungan orangtua adalah suatu pemberian bantuan atau dorongan yang diberikan oleh orangtua (ibu bapak) kepada anaknya dalam bentuk verbal maupun nonverbal yang menguntungkan bagi anak, sehingga anak merasa senang, diperhatikan, lebih terarah, dan dicintai oleh lingkungan sekitar. Apabila anak tersebut sebagai siswa, maka siswa merasa senang (berminat) menjalankan tugas sekolahnya karena dapat dukungan dari orangtuanya. 

Toifur & Prawitasari (2003) menyebutkan bahwa dukungan orangtua dan lingkungan disekitarnya membuat individu merasa aman dan dimengerti. Pendapat ini bermaksud bahwa dukungan orangtua dapat diperoleh anak melalui ikatan sosial yang positif yaitu kepedulian orang-orang yang dapat diandalkan, percaya, menghargai serta mencintai seseorang ketika orang tersebut sedang menghadapi masalah. Kemudian, anak yang mendapat dukungan orangtua yang tinggi akan mengalami hal-hal positif dalam hidupnya, mempunyai harga diri, serta konsep diri yang tinggi serta memiliki tingkat kecemasan yang rendah. 

Thoitas (dalam Lismudiyati & Hastjarjo, 2003) menyatakan bahwa dukungan orangtua merupakan sumber potensial yang bermanfaat untuk memecahkan masalah dari orang-orang terdekat, ketika individu mengalami suatu masalah, dukungan orangtua akan membantu anak menggerakkan psikologis untuk melawan stressor. Oleh karena itu, saat anak tumbuh kembang dalam proses pembelajaran (sekolah), dukungan orangtua sangat membantu anak untuk menggerakkan sumbersumber psikologis dalam menangani permasalahan. 

Berdasarkan penjelasan pentingnya dukungan orangtua dalam kehidupan siswa adalah, karena siswa yang memperoleh dukungan dari orangtua akan menjadikan siswa lebih baik, lebih giat, optimis, semangat, dan senang dalam belajar. Lebih terampil dalam memenuhi kebutuhan psikologis, jiwanya akan tenang menghadapi berbagai masalah yang ditemui dalam belajar, dan akan lebih bergairah dalam menjalani aktivitas belajar. 

Menurut Sarafino & Smith (2011:81) dukungan orangtua merupakan transaksi interpersonal yang dapat melibatkan empat dukungan yaitu: 

emotional or esteem support, 

tangible or instrumental support, 

informational support, dan 

companionship support. Penjelasan lebih lanjut dari empat bentuk dukungan orangtua dapat di jelaskan sebagai berikut. 

1) Emotional or esteem support merupakan dukungan yang melibatkan empati, kepedulian, perhatian, ekspresi rasa, dan berupa dukungan lain yang diberikan terhadap anak. Hal itu memberikan kenyamanan anak dan menghibur anak dengan sebuah rasa memiliki, berupa wujud kasih sayang disaat anak dalam keadaan bermasalah. Oleh karena itu, siswa yang mengalami masalah baik di sekolah maupun di rumah tidak hanya diberikan dukungan emosional oleh guru di sekolah tetapi perlu juga diberikan oleh keluarga di rumah. 

2) Tangible or instrumental suppor merupakan dukungan instrumental yang melibatkan bantuan langsung sesuai dengan kebutuhan anak, misalnya bantuan finansial atau bantuan yang dapat berwujud barang, pelayanan dan dukungan keluarga.

3) Informational support merupakan dukungan informatif yang berupa nasehat, petunjuk, saran atau umpan balik. Pemberian informasi bagaimana cara memecahkan persoalan sehingga anak mendapat jalan keluar. Pemberian informasi ini dapat memacu semangat siswa dalam belajar di sekolah dan di rumah. 

4) Companionship support merupakan dukungan yang terjadi melalui penghargaan positif untuk orang tersebut, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan anak dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain yang melibatkan pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan, penguatan dan perbandingan sosial yang digunakan untuk dorongan agar maju. Penghargaan tersebut menambah minat siswa dalam belajar, karena usaha yang dilakukan oleh siswa dihargai oleh orang sekitarnya. 

Dukungan orangtua adalah sokongan orangtua dalam berbagai bentuk, termasuk pengasuhan di dalam rumah, lingkungan yang aman dan stabil, stimulasi intelektual, dan diskusi antara orangtua dan anak dengan cara yang baik. Untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki, siswa perlu mendapat dukungan penuh dari orangtua. Hal ini dinyatakan oleh Desforges & Abouchar (dalam Nisa, 2012) tingkat partisipasi (sokongan) orangtua dalam pendidikan anak-anaknya merupakan indikator yang signifikan dari kualitas sekolah. 

Perlunya dukungan orangtua bagi siswa adalah, karena dukungan orangtua akan menunjang keberhasilan pendidikan siswa. Hal ini dinyatakan oleh Chira (dalam Santrock, (2002:69) bahwa keterlibatan (partisipasi) orangtua sebagai prioritas utama dalam meningkatkan pendidikan siswa. Oleh karena itu, orangtua harus mampu berpartisipasi untuk menunjang keberhasilan dalam menempuh pendidikan anak. 

Selanjutnya, menurut Slavin (2006:103) bahwa sekolah menjalin kerja sama dengan orangtua untuk mendukung proses pembelajaran siswa melalui pola pengasuhan, berkomunikasi, melibatkan keluarga dalam pengambilan keputus, dan kerja sama dengan pihak sekolah. Berdasarkan pendapat Slavin sudah jelas dapat dilihat bahwa sekolah juga memerlukan kerjasama dengan orangtua untuk keberhasilan belajar siswa. 

Penelitian yang mengkaji tentang dukungan orangtua dalam hal belajar siswa telah banyak dilakukan. Hasil penelitian Sulaiman (2013) menunjukkan bahwa dukungan orangtua memiliki kontribusi sebesar 44% terhadap prestasi belajar siswa. 

Menurut Noddings (dalam Santrock, 2002:534) remaja (siswa) dapat tumbuh dengan optimal dan kompeten, apabila mereka mendapat dukungan orang-orang terdekat yang dicintainya. Senada dengan pendapat Sarafino & Smith (2011:81), yang menyatakan bahwa orangtua salah satu orang yang dicintai siswa dimasa remaja. Kemudian siswa juga mengakui bahwa mereka menginginkan adanya dukungan orangtua dalam pendidikan mereka, seperti yang diungkapkan oleh Connors & Epstein (dalam Santrock, 2002:97) bahwa siswa ingin orangtuanya terlibat aktif dalam pendidikan mereka. 

Mendapatkan dukungan dari orang-orang yang kita percayai itu sangat penting. Kehadiran dan dukungan dari mereka sangat berpengaruh pada pengembangan diri serta kehidupan kita kedepannya. Kalau bagi siswa, hal ini juga berpengaruh terhadap keefektifan belajar. Biar lebih jelas, inilah beberapa alasan pentingnya memiliki support system dalam proses belajar efektif. 

1. Memberi Rasa Nyaman

Dalam belajar, tentu membutuhkan rasa nyaman. Tapi perasaan itu tidak bisa serta merta datang setiap hari. Ada kalanya kita gelisah dan susah mendapatkan ketenangan. Nah, di sinilah dibutuhkan peran dari support system. Keberadaan orang-orang terdekat bisa menjadi solusinya. Kita bisa berbagi cerita dengan mereka sehingga beban yang kita rasakan bisa terlepas perlahan. Hal itu tentunya bisa membuat kita merasa lebih nyaman untk menjalani proses belajar. Jika sudah merasa nyaman, pikiran pun bisa menjadi lebih tenang dan jernih untuk menyelesaikan masalah. Jika masalah terselesaikan, proses belajar yang sedang kita lakukan juga bisa dilanjutkan.

 2. Membantu Melewati Stres

Ketika mengalami masalah, hal yang biasa di rasakan adalah gelisah dan sesekali susah untuk mendapat ketenangan. Maka dari itu, hal pertama pentingnya mempunyai support system dalam kehidupan ini adalah keberadaan mereka/ pemberi support system bisa membuat kita merasa lebih lega dalam menghadapi masalah karena masih ada tempat untuk berkeluh kesah, masih ada sandaran untuk merasakan ketenangan dan membuat kita merasa nyaman. Cukup dengan sedikit berbagi cerita pun bisa membuat kita jadi lebih tenang hingga dapat melewati stres dan mengatasinya dengan baik pula.

 3. Meningkatkan Motivasi

Dukungan sosial yang tepat akan membuat seseorang termotivasi untuk melakukan segala hal nya dengan lebih baik. Karena motivasi memberikan pengaruh besar terhadap setiap individu, Tentu akan sulit jika dukungan sosial dari individu tidak memiliki kebiasaan yang ingin dituju.

4. Membantu Mengambil Keputusan

Mengambil keputusan atas suatu hal bukanlah suatu hal yang mudah. Namun, sering kali kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang justru membuat kita bingung. Persoalan dalam proses belajar adalah salah satunya. Agar tidak melakukan sesuatu secara gegabah hingga menimbulkan penyesalan, kita bisa meminta saran pada orang terdekat. Manfaat support system di sini yaitu memengaruhi kita secara tidak langsung dalam mengambil keputusan yang bijak. Adanya dukungan positif dari mereka sejalan dengan keputusan baik yang akan kita buat.

 5. Membangun Kepercayaan Diri

Ingat, diri kita sendiri adalah bagian terpenting dari support system yang di bangun, jadi meski kita akan mendapatkan bantuan dan semangat dari mereka, kita juga harus percaya pada diri kita sendiri, dengan begitu jiwa kita akan merasa lebih semangat memulai sesuatu yang baru, semua memang harus berawal dari semangat dan kepercayaan dari dalam diri kita sendiri. Karena, jika tidak begitu terkadang memang ada beberapa kondisi yang mungkin tidak bisa teratasi. Misalnya ketika kita mulai jenuh belajar, atau merasa tidak mampu menyelesaikan sejumlah tugas tertentu. Kamu sendiri harus percaya bahwa diri kita bisa mengatasinya dengan kemampuan yang kita miliki.


KESIMPULAN

Peran support system dalam proses belajar itu sangat penting karena dengan adanya peran support system anak akan mengalami perubahan hal-hal positif dalam hidupnya, mempunyai harga diri, serta konsep diri yang tinggi serta memiliki tingkat kecemasan yang rendah.


DAFTAR PUSTAKA


Djamarah, S. B. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaplin, J. P. 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan oleh

               Kartini Kartono. 2009. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 

Hasbullah. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja

               Grafindo Persada.

Lestari, S. 2012. Psikologi Keluarga. Jakarta: Prenada Media Grup. 


ESSAY 9

REVOLUSI TENAGA PENDIDIK DARI MANUAL MENUJU DIGITAL


Revolusi di inggris mampu merubah kehidupan masyarakat, dari manual menuju penggunaan teknologi digital. Teknologi digital seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat sehingga zaman ini menggunakan teknologi digital sebagai alat bantu. Karakteristik era ini, informasi dapat diterima secara cepat, secepat cahaya, dunia ini seolah-olah menjadi sangat sempit tanpa ada batas jarak dan waktu. Sudah tidak asing lagi, perkembangan teknologi digital, sehingga melalui perangkat yang kita miliki, kita dapat melakukan hubungan yang cepat, mencari bahan ajar melalui internet dan menggunakan Email bisa berkirim surat elektronik, yang bisa dilakukan bukan saja melalui warnet namun bisa saja melalui media digital hand phone. Hand phone (HP) tidak lagi barang mewah yang dimilki oleh orang kota, tetapi sampai dipelosok kampungpun, pengusaha atau birokrat, boleh dikatakan sudah menjadi kebutuhan bagi setiap orang dari dewasa dan remaja yang masih menjadi peserta didik.

Setiap detik berputarnya waktu mengiringi perjuangan Indonesia untuk melakukan perubahan tidak dapat terlepaskan kolaborasi dari generasi muda dengan generasi dewasa. Generasi dewasa memiliki segudang pengalaman dan generasi muda memiliki segudang gagasan tentang masa depan. Era digital menjadi peluang dan musibah ketika tidak siap dengan perubahan. Perubahan gaya hidup dan budaya masyarakat telah bergeser banyak fungsi media cetak menjadi media digital. Setiap perubahan yang berkembang akan melahirkan temuan baru yang mampu memberikan kemudahan dan akan menjadi masalah-masalah. Untuk itu ada hal yang perlu diperhatikan dibalik kemudahan yang diperoleh hari ini, akan lahir pula permasalahan baru dengan penyelesaian dan pemikiran dengan cara baru. Permasalahan yang dihadapi adalah pentingnya mengembangkan strategi pembelajaran era digital. Perubahan-perubahan itu telah mengubah cara pandang dan praktik-praktik pembelajaran dunia pendidikan saat ini.

Tenaga pendidik atau media pembelajaran secara umum merupakan alat bantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan berkembangnya zaman, media pembelajaran juga berevolusi dari media pembelajaran manual menjadi media pembelajaran yang berupa digital. Pembelajaran secara manual dengan sering mengalami kendala seperti kesulitan dalam pemahaman. Dengan pembelajaran menggunakan media digital peserta didik bisa memakai komputer untuk mendapatkan dalam bentuk yang jauh lebih kaya daripada media pembelajaran manual konvesinal. Dengan media digital pemakai dapat melihat gambar tiga dimensi, foto, video bergerak atau animasi dan mendengarkan stereo dan perekaman suara.

Perkembangan pendidikan era digital memungkinkan peserta didik mampu mendapatkan pengetahuan berlimpah ruah serta cepat dan mudah. Perubahan pendidikan di era digital mengharuskan guru/ dosen memiliki kemampuan mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi ke dalam proses pembelajaran. Pembelajaran era digital saat ini sudah tidak lagi berpusat pada guru atau dosen tetapi sudah bergeser. Pembelajaran saat ini harus berpusat pada peserta didik (student center). Era digital merupakan era di mana semua aspek dalam kehidupan, termasuk dalam proses pembelajaran yang terjadi lebih banyak memanfaatkan media digital. Karena pembelajaran digital memerlukan kesiapan pembelajar dan pengajar untuk berkomunikasi secara interaktif dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, seperti computer/ laptop dengan internet, smartphone dengan aplikasinya dan lainnya. Sehingga kehadiran teknologi informasi bisa dimanfaatkan sebagai strategi pembelajaran era digital. Dengan strategi pembelajaran era digital memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran era digital.

Ada banyak manfaat yang diberikan media digital dalam konteks pendidikan, antara lain dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, membantu peserta didik bekerja melalui konsep yang sulit, membantu mempromosikan kesadaran kritis, membantu mendorong kesetaraan dan masih banyak lagi manfaat yang diberikan. 

Kehidupan pastinya akan mengalami yang namanya perubahan/revolusi nah, dengan perubahan ini pastinya akan muncul ide-ide atau inovasi, begitupun dengan pendidikan dan juga media pembelajarannya. Kini inovasi sudah tercipta untuk media pembelajaran di era ini, inovasi di era digital saat ini sudah menjadi keharusan untuk setiap lembaga pendidikan, metode-metode lama (konvensional) sedikit banyak sudah mulai ditinggalkan, meskipun sebagai masih ada yang mempertahankan cara-cara lama/manual dan tetap mengikuti cara baru sebagai penyesuaian diri lembaga pendidikan karena tuntutan zaman. Generasi native mampu mengakses informasi tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.

Distant Learning (Pendidikan Jarak Jauh)

Model Pendidikan jarak jauh telah berkembang sejak 1883. Seiring seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, konsep dan implementasi model pendidikan jarak jauh dapat berkembang pula. Pendidikan jarak jauh dapat di klasifikasikan melalui beberapa fase generasi sampai saat ini dengan generasi kelima. Posisi e-learning dalam pendidikan jarak jauh meerupakan suatu bentuk konsekuensi logis, karena keterpisahan jarak dan waktu antara peserta belajar dan penyelenggara pembelajaran, maka mutlak diperlukan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. (Dewi Salma Prawiradilaga, 2013). 

Distance learning is used in this studybecause it emphasizes the recentering on the nontraditional learner and is more commonly used than “distance education.”

Pembelajaran jarak jauh digunakan dalam penelitian ini karena menekankan pemusatan pada pelajar non tradisional dan lebih umum digunakan daripada "pendidikan jarak jauh."Pelaksanaan pendidikan jarak jauh juga diatur dalam undang-undang RI No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 31 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan jarak jauh merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan media komunikasi. Kemudian Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 24 tahun 2012 tentang penyelenggaraan pendidikan jarak jauh (PJJ) pada pendidikan tinggi pasal 2 ayat 1 dan 2 mencakup: berfungsi sebagai bentuk pendidikan peserta didik yang tidak dapat mengikuti pendidikan tatap muka tanpa mengurangi kualitas pendidikan, kemudian pendidikan jarak jauh bertujuan untuk meningkatkan perluasan dan pemerataan akses terhadap pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan.

Kehidupan pastinya akan mengalami yang namanya perubahan/revolusi nah, dengan perubahan ini pastinya akan muncul ide-ide atau inovasi, begitupun dengan pendidikan dan juga media pembelajarannya. Kini inovasi sudah tercipta untuk media pembelajaran di era ini, inovasi di era digital saat ini sudah menjadi keharusan untuk setiap lembaga pendidikan, metode-metode lama (konvensional) sedikit banyak sudah mulai ditinggalkan, meskipun sebagai masih ada yang mempertahankan cara-cara lama/manual dan tetap mengikuti cara baru sebagai penyesuaian diri lembaga pendidikan karena tuntutan zaman. Generasi native mampu mengakses informasi tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.

Berikut adalah hasil inovasi yang berbentuk aplikasi, tercipta sebagai penunjang keberlangsungan proses pembelajaran Distant learning (Pendidikan jarak jauh):  

A. Google Sites 

Google sites merupakan salah satu produk google sebagai tools untuk membuat situs. Penggunaan googlesites sangat mudah dibuat dan dikelola oleh peggunaan baru. Google sites sangat bermanfaat untuk e-learning, dan menawarkan situs yang user friendly dan menggunakan dashboard yang mudah dimengerti dan pengguna umum. Google sites dirancang bertujuan untuk e-learning, baik guru atau dosen dapat memanfaatkannya sebagai media pembelajaran online. 

Penggunaan google sites memberikan manfaat bagi penggunanya, kemudian dengan adanya google sites proses pembelajaran dikelas lebih lengkap dan menarik, misalnya. Pertama, dosen atau guru mengunggah (upload) materi pembelajaran, sehingga mahasiswa tidak perlu mengcopy menggunakan flashdisk. Kemudian dengan proses seperti ini tidak menimbulkan banyaknya virus yang masuk dalam laptop atau computer. Mahasiswa mampu mendapatkan informasi perkuliahan dengan mudah dan cepat dengan mengunjungi situs e-learning dosen atau guru tersebut. Kedua menyimpan silabus di website, sehingga mahasiswa atau siswa mengetahui topik/ tema setiap pertemuan selanjutnya. Ketiga, Tugas dapat dosen/ guru berikan melalui website. Sehingga mahasiswa atau peserta didik tidak tertinggal informasi dan tugas-tugasnya.

B.Whatsapp

Semua yang ada dalam genggaman tangan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Masyarakat Indonesia lintas generasi baik generasi X, Y, Z dan generasi Alpha tidak pernah lepas dengan namanya smartphones. Sehingga sangat dan memungkinkan proses pembelajaran yang ada dalam dunia pendidikan memanfaatkan salah satu aplikasi sebagai media pembelajaran. Misalnya aplikasi whatsapp. Whatsapp menjadi aplikasi yang cukup banyak penggunanya di Indonesia. Sehingga dengan banyaknya penggunaan aplikasi tersebut dapat diperoleh manfaatnya. Whatsapp memiliki fitur yang lengkap dengan memiliki kemampuan mengirimkan pesan, diskusi, mengiriman dokumen, gambar, suara, dan kontak person. Penulis sering menemukan dan mengikuti pelatihan berbasis whatsapp. Sehingga pelatihannya cukup dengan genggaman tangan, jari-jari manis yang mampu menggerakan proses pelatihan tersebut. Sehingga penulis yakin bahwa whatsapp mampu menjadi aplikasi yang welcomedan usefriendly. Sejarah developer aplikasi whatsapp bekerja dan memiliki pengalaman sekitar 20 tahun di yahoo. Dengan kejeniusannya lahirlah aplikasi whatsapp yang mampu mengakomodir semua kebutuhan masyarakat di seluruh dunia baik sebagai media sosial juga sebagai media pembelajaran. Whatsapp memiliki dua versi apk dan versi website. (Taufiq Nur Azis, 2017).

Selanjutnya berkaitan dengan pemanfaatan whatsapp dalam pembelajaran sangatlah tepat dan cepat. Ada beberapa fitur-fitur yang dapat dimanfaatkan oleh dosen/ guru sebagai media pembelajaran. (1) Pemberian tugas, dosen mampu memberikan tugas secara cepat dan tepat ketika tidak bisa hadir (berhalangan). (2) Pengiriman Silabus, dosen/ guru mampu mengirimkan materi pembelajaran atau sebaliknya mahasiswa/ peserta didik juga mampu mengirim dan menerima materi dari dosen/ guru. (3) Interaksi, dosen mampu berinteraksi dengan mahasiswa/ peserta didik dengan hitungan detik. (4) Bimbingan, mahasiswa memiliki kemudahan melaksanakan bimbingan skripsi, akademik, dan bimbingan lainnya. 

C. Google Drive

Dukungan fitur yang dimiliki Google Drive membuat layanan yang satu ini mempunyai peluang potensi yang sangat besar untuk dunia pendidikan, di antaranya adalah untuk proses belajar mengajar. Guru dapat melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas melalui Google Drive dengan cara-cara di antaranya seperti berikut:  

siswa diberikan bahan tayang (atau semacam video). 

guru memberikan topik pelajaran dan siswa diminta untuk memberikan respons baik pertanyaan maupun pernyataan yang sesuai, sehingga terjadi diskusi yang interaktif. 

google drive dapat digunakan untuk merekam aktivitas siswa di kelas, di antaranya adalah merekam kehadiran, nilai, dan aktivitas siswa. 

Evaluasi belajar, google drive dapat digunakan untuk melakukan evaluasi pendidikan. 

Kerja tim, google drive sangat mendukung untuk kerja tim. Guru dapat memberikan tugas yang dikerjakan secara tim. setiap siswa yang tergabung dalam tim tersebut.   

Merangsang kreativitas siswa, melalui Google Drive guru terlatih untuk memberikan pendapatnya. Hal ini dapat merangsang kreativitas siswa, di mana siswa dapat bebas mengutarakan ide dan gagasannya. 

Layanan Presentasi memberikan fasilitas pengguna untuk membuat file-file presentasi untuk pendidikan ataupun pembelajaran di kelas. 

Spreadsheet yang dimiliki Google Drive secara fungsi hampir sama dengan pada aplikasi perkantoran lainnya. Spreadsheet pada Google Drive juga bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran, diantaranya untuk evaluasi belajar, survey pendidikan, model-model pembelajaran. 

Layanan gambar memberikan kesempatan pengguna google drive untuk membuat objek yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran. Misalnya membuat objek matematika berupa bidang datar, bangun ruang, dll. 

Layanan Formulir memungkinkan seseorang untuk membuat formulir-formulir untuk kepentingan pendidikan. Salah satunya sebagai evaluasi pembelajaran. (Khikmawati).

Kemudian aplikasi google drive memberikan space (ruang menyimpan) sampai 15Gb.

3.Evaluasi Pembelajaran Era Digital

Kehadiran teknologi informasi telah menggeser praktik evaluasi pembelajaran dari paper test (kertas) menjadi elektronik evaluasi pembelajaran (online). Berikut ada salah satu aplikasi evaluasi pembelajaran yang memanfaatkan media online.

A.Google Form

Dalam kegiatan pembelajaran tentu tidak pernah terlepas proses evaluasi. Sehingga evaluasi menjadi yang yang penting dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan dan kekurangan mahasiswa atau efektif dan efisien dosen dalam menyampaikan materi pembelajaran. Berkaitan dengan era digital saat ini, menjadi tantangan bagi para dosen atau guru melakukan inovasi. Inovasi adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang manusia untuk memperolehi kemudahan dan sesuatu hal yang baru. Perubahan tersebut harus terus diupayakan misalnya dalam proses evaluasi pembelajaran. Perubahan tersebutditandai dengan penggantian ujian kertas dengan ujian berbasis digital. Pemanfaatan ujian berbasis digital bisa menggunakan software google form. Google form merupakan produk google yang bisa dimanfaatkan untuk membuat ujian atau evaluasi pembelajaran dengan online.

Desain Pembelajaran Era Digital Salah satu kegiatan dalam pengembangan pembelajaran era digital adalah membuat desain. Dalam membuat desain diperlukan waktu yang cukup lama, sehingga tidak mudah dalam membuat desain. Karena desain pembelajaran era digital harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip pembelajaran era digital, misalnya, kebebasan, kemandirian, keluwesan, kekinian, penyesuaian, mobilitas, dan tentunya prinsip efektif efisien.

Desain pembelajaran era digital setiap pengembang memiliki caranya masing-masing, misalnya Lance J Richards, et.al, mengemukakan kompnen dalam desain pembelajaran digital yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran digital atau website adalah:

Pertama, pemilihan alat/ sarana pengelolaan pembelajaran digital. Kedua, perencanaan (pengorganisasian) program pembelajaran digital. Ketiga, pemasangan atau penempatan materi (chunking content). Keempat, penggunaan strategi interaktif belajar dan mengajar yang tepat. Kelima, penerapan prinsip pembelajaran orang dewasa. Keenam, menggunakan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa (student center). Ketujuh, menggunakan penilaian otentik. Kedelapan, pembelajaran berorientasi system digital dan teknologi pelatihan. Kesembilan, menyediakan informasi tentang infrastruktur yang sesuai dan mendukung pembelajaran.

KESIMPULAN

Revolusi tenaga pendidik dari manual menjadi digital itu terjadi karena proses pembelajaran secara manual itu sering mengalami kendala seperti kesulitan dalam pemahaman, sedangkan proses pembelajaran menggunakan media digital memungkinkan peserta didik mampu mendapatkan pengetahuan berlimpah ruah serta cepat dan mudah.


DAFTAR PUSTAKA


Azis, Taufiq Nur. 2019. Strategi pembelajaran era digital. The Annual Conference on Islamic Education and Social Sciencie, 1 (2) 308-318.

Dewi Salma Prawiradilaga. Mozaik Teknologi Pendidikan E-Learning,Jakarta: Kencana, 2013, ISBN. 978-692-7985-13-1.

Munir. Pembelajaran Digital, Bandung: Penerbit Alfabeta, 2017, ISBN 978-602-289-347-9, www.cvalfabeta.com  


ESSAY 10

Kualitas Anak Didik Di tengah Masyarakat Miskin 


George F. Kneller dalam Herman Arisandi, 2015 menyatakan bahwa pendidikan memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang memengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemampuan fisik individu.dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dari generasi ke generasi, yang di lakukan oleh masyarkat melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi, atau lembaga lainnya.

Vina Rahmayanti dalam jurnal penelitiannya 2016 yaitu, pendidikan memiliki peran penting dalam mempersiapkan manusia yang berkualitas. Hasil belajar seseorang ditentukan oleh beberapa factor yang mempengaruhi.

Pendidikan adalah hal pokok yang akan menopang kemajuan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas dan sistem pendidikan yang ada. Tanpa pendidikan, suatu negara akan jauh tertinggal dari negara lain. 

Sumber daya alam yang melimpah belum tentu merupakan jaminan bahwa suatu Negara atau wilayah itu akan makmur bila pendidikan sumber daya manusianya kurang mendapat perhatian. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan tugas bersama dan berjangka waktu yang panjang karena menyangkut pendidikan bangsa. Masyarakat merupakan pelaku utama bagi pembangunan, maka diperlukan kualitas sumber daya manusia yang berpotensial, sehingga masyarakat dapat bergerak pada arah pembangunan untuk menuju cita-cita rakyat Indonesia, yaitu bangsa yang makmur dan berkepribadian yang luhur, terlebih lagi pada zaman yang semakin hari bertambah tuntutan yang harus dipenuhi diera modern ini maupun yang akan datang. Masyarakat dituntut untuk mempunyai keterampilan atau kompetensi supaya dirinya menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri, bagi bangsa dan Negara, untuk menggali potensi yang dimiliki oleh manusia maka diperlukan adanya pendidikan. 

Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah habis untuk diperbincangkan, karena selama manusia itu ada, perbincangan tentang pendidikan akan tetap ada di dunia, sehingga mustahil manusia hidup tanpa pendidikan di dalamnya, karena itu ada sebuah tanggung jawab untuk mengetengahkan apa dan bagaimana pendidikan itu yang harus kita bangun dan konstruksi kalau kita masih ingin dianggap sebagai manusia. Hal ini disebabkan bahwa tinggi rendahnya kualitas penduduk lebih ditentukan oleh keadaan pendidikannya. Semakin baik pendidikan seseorang merupakan suatu diantara kemungkinan untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik. 

Pendidikan merupakan salah satu bentuk pembangunan nasional untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat, sehingga terwujud masyarakat yang cerdas, maju dan sejahtera. 

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab VI Pasal 6 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk usaha mencerdaskan masyarakat yaitu dengan adanya program wajib belajar sembilan tahun dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tujuannya adalah setiap warga mempunyai bekal dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mempunyai daya saing dalam kompetisi di masa globalisasi seperti sekarang ini. Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan yang logis bahwa pendidikan itu harus dimulai dengan tujuan yang di asumsikan sebagai nilai. Sebagai orang tua sudah berkewajiban memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya. Seperti yang tercantum dalam UUD RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 7 Ayat (2) “Orang tua dari anak usia belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya”.

Menurut Ahmadi (2009: 87), Orang Tua/Keluarga merupakan unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Orang tua merupakan lembaga sosial pertama yang yang mewarnai pribadi anak, hal ini karena di dalam keluarga akan ditanamkan nilai-nilai dan norma-norma hidup yang positif pada akhirnya akan dipakai oleh anak-anaknya sebagai pedoman dalam bermasyarakat dan pendidikannya. Orang tua/keluarga juga merupakan tempat perlindungan serta pemenuhan kebutuhan makan, kebutuhan akan tempat tinggal dan kebutuhan pendidikan anaknya. Orang tua yang kondisi ekonominya tinggi tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak, berbeda dengan orang tua yang keadaan ekonominya rendah. Perlu disadari bahwa tingkat pendidikan sangat erat kaitannya dengan kondisi perekonomian orang tua dari pendapatan yang mereka hasilkan dari bekerja sebagai petani. Orang tua berkewajiban membiayai seluruh keperluan pendidikan anaknya. Dalam hal ini kondisi ekonomi orang tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan anak. 

Menurut Abdulsyani (dalam Ratnasari, 2013: 21), Kondisi ekonomi merupakan kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktifitas ekonomi, pendapatan, dan kemampuan memenuhi kebutuhan. Kondisi orang tua sangat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendidikan anak. Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan ekonomi orang tua di masyarakat, diantaranya tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, tabungan (simpanan) dan kepemilikan harta yang bernilai ekonomis. Pada umumnya anak yang berasal dari keluarga menengah keatas lebih banyak mendapatkan pengarahan akan pentingnya pendidikan untuk masa depan. Anak-anak yang berlatar belakang ekonomi rendah, kurang dapat mendapat pengarahan yang cukup dari orang tua mereka karena orang tua lebih memusatkan perhatiannya pada bagaimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Keadaan sosial ekonomi orang tua akan berpengaruh terhadap adanya fasilitas belajar bagi siswa. Hal ini disebabkan oleh kemampuan orang tua dalam menyediakan sarana atau peralatan belajar. Karena dengan tidak tersedianya sarana belajar akan dapat menyurutkan keinginan siswa untuk belajar. Syaifullah (1981:97) mengemukakan bahwa status sosial orang tua anak pada suatu ketika dapat menentukan sikap mereka terhadap pendidikan atau peranan pendidikan dalam kehidupan manusia, status ekonomis menentukan kemampuan keluarga dalam menyediakan fasilitas belajar yang diperlukan anak dalam menelaah bahan pelajaran disekolah. Pendidikan orang tua siswa kelas 2 dan 3 jurusan akuntansi SMK Negeri 1 Turen sebagian besar adalah lulusan SD dan bekerja sebagai petani, dan pada umumnya mereka mempunyai penghasilan yang tergolong rendah sehingga penyediaan fasilitas belajar bagi anak-anaknya kurang terpenuhi. 

Faktor fasilitas belajar yang diberikan orang tua pada anak-anaknya memegang peranan yang penting dalam suatu proses belajar. Jika orang tua dapat memberikan atau menyediakan fasilitas yang memadai bagi anak-anaknya, maka akan timbul dorongan dan hasrat dalam diri anak untuk belajar lebih baik. Anak akan menyadari kegunaan dan tujuan yang hendak dicapai dari suatu mata pelajaran tertentu apabila mereka memiliki fasilitas yang sangat lengkap. 

Siswa yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi orang tua rendah tidak dapat memenuhi semua fasilitas belajarnya. Sedangkan siswa yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi tinggi semua fasilitas belajarnya terpenuhi sehingga mereka memiliki motivasi untuk belajar menjadi lebih baik. Dengan adanya fasilitas belajar yang memadai akan mendorong mereka untuk berkonsentrasi dalam belajar dan dapat mencapai cita-cita. 

Keadaan sosial ekonomi keluarga dapat berperan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa karena keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Segala kegiatan yang dilakukan oleh anak merupakan cerminan dari apa yang telah diajarkan oleh orang tuanya. Sebagai orang tua harus dapat memotivasi anaknya agar mereka dapat belajar semaksimal mungkin agar mereka pendapatkan prestasi yang maksimal pula. 

Ahmadi (2002:258) mengatakan bahwa prestasi anak-anak dalam keluarga yang rendah status sosial ekonominya pada akhir kelas pertama adalah lebih tinggi dari pada prestasi anak-anak dari keluarga status ekonominya yang mencukupi. Hal ini terjadi karena anak-anak dilatar belakang sosial ekonomi yang rendah lebih cepat menyesuaikan dirinya dengan sebuah tugas atau pekerjaan yang baru, dari pada anak-anak dari latar belakang sosial ekonomi yang mencukupi. 

Pendidikan orang tua yang sebagian besar adalah SD dan bekerja sebagai petani membuat mereka kurang memiliki banyak waktu untuk memperhatikan anak. Ada beberapa dari mereka yang tidak pernah menanyakan prestasi belajar anaknya meningkat atau bahkan menurun. Yang penting bagi mereka adalah anaknya dapat naik kelas. Selain itu juga guru berperan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru dapat mengajar dengan menggunakan media atau menerapkan metode-metode pembelajaran konstruktivisme untuk membantu siswa memahami suatu pelajaran tertentu. Tidak semua mata pelajaran menarik bagi siswa, maka tugas guru adalah membuat semua pelajaran menjadi menarik dan menyenangkan. 

Lebih lanjut, Slameto (2003:63) menyatakan bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlingdungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Apabila fasilitas belajar anak dapat terpenuhi, maka kegiatan belajar menjadi lancar dan tidak terhambat sehingga prestasi belajar anak menjadi meningkat karena fasilitas belajar dapat terpenuhi membuat mereka menjadi fokus dalam kegiatan belajar. 

Orang tua dengan latar belakang sosial ekonominya tinggi mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap pentingnya pendidikan bagi anak, sehingga mereka akan menciptakan suasana rumah yang kondusif terhadap kegiatan belajar anak di rumah untuk mendorong mereka agar mempunyai motivasi dalam belajar. Apabila mereka termotivasi dalam belajar, maka mereka akan mencapai prestasi yang maksimal. Latar belakang sosial ekonomi orang tua akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, apabila mereka termotivasi untuk belajar, karena tanpa belajar seorang siswa tidak akan mungkin mendapatkan prestasi yang maksimal. 

Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 45 dikatakan bahwa setiap satuan pendidikan harus menyediakan fasilitas belajar atau sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, social, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Jadi sarana dan prasarana yang lengkap sangat diperlukan sebagai faktor penunjang proses pembelajaran dan pencapaian prestasi yang baik di sekolah. 

Proses belajar memerlukan fasilitas belajar yang memudahkan siswa dalam belajar sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal, bagi siswa yang kurang mampu dalam pemenuhan fasilitas belajar jika tidak mempunyai minat yang tinggi dalam belajar tentu akan mendapat hambatan yang tinggi dalam belajar. Tentunya bagi siswa yang kurang mampu dan minat yang tinggi dalam belajar haruslah kreatif dalam memanfaatkan keterbatasan yang dimilikinya dengan memanfaatkan fasilitas belajar yang ada di sekolah. 

Pengaruh tidak langsung antara latar belakang sosial ekonomi orang tua siswa terhadap prestasi belajar siswa melalui fasilitas belajar sebesar 0,166 sedangkan pengaruh secara langsung antara latar belakang sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa sebesar 0,328. Hipotesis yang menyatakan ada pengaruh secara tidak langsung antara latar belakang sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa melalui fasilitas belajar siswa diterima. Pengaruh tidak langsung antara latar belakang sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar melalui fasilitas belajar siswa sebesar 0,494 menunjukkan terdapat pengaruh yang cukup. 

Keterbatasan dana yang dimiliki oleh orang tua siswa akan dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Bagi orang tua yang berlatar belakang sosial ekonomi tinggi, belum tentu prestasi belajarnya tinggi dan sebaliknya tidak jarang orang tua yang latar belakang sosial ekonominya rendah namun anaknya mampu mendapatkan prestasi yang maksimal, tetapi latar belakang sosial ekonomi orang tua siswa belum tentu menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, perlu kita ketahui bahwa banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa diantaranya adalah dukungan yang diberikan keluarga yang berupa penyediaan fasilitas belajar. 

Penyediaan fasilitas belajar di rumah sangat memudahkan siswa dalam mencapai prestasi yang diharapkan, hasil belajar yang telah dijalani selama proses belajar sangat penting fungsinya untuk menentukan langkah selanjutnya dimasa yang akan datang sehingga siswa akan semaksimal mungkin mendapatkan nilai yang baik. Orang tua harus memahami dan memberikan banyak waktu belajar dirumah kepada anaknya. Orang tua harus mampu menciptakan lingkungan belajar di rumah yang nyaman apabila mereka menginginkan anak-anaknya mencapai prestasi yang lebih baik. 

Latar belakang sosial ekonomi orang tua akan lebih baik mempengaruhi prestasi belajar secara langsung dari pada mempengaruhi prestasi belajar secara tidak langsung melalui fasilitas belajar siswa. Pengaruh latar belakang sosial ekonomi orang tua terhadap fasilitas belajar siswa lebih tinggi dari pada pengaruh fasilitas terhadap prestasi. Latar belakang sosial ekonomi orang tua yang tinggi anak menjamin tercapainya fasilitas belajar yang cukup baik, namun lain halnya dengan pengaruh latar belakang sosial ekonomi orang tua terhadap prestasi. Latar belakang sosial ekonomi yang tinggi belum tentu prestasi belajar anaknya tinggi dan latar belakang sosial ekonomi orang tua yang rendah belum tentu prestasi yang dihasilkan juga rendah. 

Pengaruh latar belakang sosial ekonomi orang tua terhadap fasilitas belajar siswa hanya 26,6%. Menunjukkan bahwa pengaruh tersebut sangat rendah dan sisanya 73,4% dipengaruhi oleh variabel lain seperti perhatian orang tua, status anak dalam keluarga, suasana lingkungan keluarga dan sebagainya. Pengaruh fasilitas belajar terhadap prestasi sebesar 10,3% menunjukkan bahwa pengaruh tersebut juga sangat rendah dan sisanya 89,7% seperti strategi mengajar guru, motivasi belajar siswa, latar belakang sosial ekonomi orang tua, profesionalisme guru dan sebagainya. 

Latar belakang sosial ekonomi orang tua dapat berperan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui fasilitas belajar karena orang tua merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan dirinya sebagai makhlus sosial di dalam hubungan interaksi dengan lingkungannya. Segala kegiatan yang dilakukan oleh anak merupakan cerminan dari apa yang telah diajarkan oleh orang tuanya. 


KESIMPULAN 

Kualitas seorang anak didik pada dasarnya tidak bisa diukur dari latar belakang ekonomi, karena bagi orang tua yang berlatar belakang sosial tinggi, belum tentu prestasi belajar anaknya tinggi, dan sebaliknya tidak jarang orang tua yang berlatar belakang sosial ekonominya rendah namun anaknya mampu mendapatkan prestasi yang maksimal. Pada akhirnya latar belakang sosial ekonomi orang tua tidak bisa jadi penentu terhadap prestasi belajar siswa, faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, yakni dukungan yang diberikan oleh keluarga yang berupa penyediaan fasilitas belajar.


DAFTAR PUSTAKA

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 

Ahmadi, Abu. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Event Seni dan Budaya MPI B Angkatan' 21 Semester 5 Fakultas Tarbiyah IAIN Madura bersama ibu dosen Dr. Hj. Rusdiana Navlia, MPd.I"